BAGIAN 21

780 65 3
                                    

Happy Reading☘️

Avin keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk dengan rambut yang dililit handuk juga. Gadis itu baru saja selesai membersihkan tubuhnya yang terasa begitu lengket. Ia melangkah menuju lemari, mengambil pakaian ganti tanpa pusing memilih dan mengenakannya di saat itu juga.

Avin mengelap rambut basahnya dengan handuk, melangkah menuju meja yang di depannya terdapat sebuah cermin lumayan besar yang menampilkan wajah datarnya. Perasaan Avin terlalu kacau untuk sekedar menyunggingkan senyum tipis di bibirnya yang kecil.

Avin teringat sesuatu. Gadis itu melangkah mencari tas sekolahnya yang ia lempar asal, membukanya untuk mengambil ponsel yang dari pagi Avin abaikan. Sesaat setelah Avin menyalakan data seluler, gadis itu meringis, merasa bersalah mendapat banyaknya spam chat dan miss call dari nomor Cika hingga memenuhi layar ponselnya. Cika pasti cemas karna ia tidak memberi kabar pada sahabatnya itu mengenai ketidakhadirannya di sekolah.


CIKA
Kenapa jam segini kamu belum sampai?
(07.00)

Panggilan suara tak terjawab (07.01)

Panggilan suara tak terjawab (07.01)

Angkat telfon aku, Avin.
(07.02)

Panggilan suara tak terjawab.

Panggilan suara tak terjawab.

Kamu ada di mana?

Cepetan datang sebelum Pak Aksa datang.
(07.15)

Pak Aksa telat masuk. Kamu masih ada waktu kalo mau masuk.
(07.25)

Panggilan suara tak terjawab (07.25)

Panggilan suara tak terjawab (07.25)

Panggilan suara tak terjawab (07.25)

Kenapa gak datang sekolah? Kamu sakit?
(09.45)

Panggilan suara tak terjawab (12.20)

Panggilan suara tak terjawab (15.00)

Aku ada di depan rumah kamu. Kamu ada di mana, Avin?
(15. 45)


Avin menggigit bibirnya ragu membalas pesan Cika ataupun menelfon sahabatnya itu. Avin yakin, Cika marah sekaligus cemas ia tidak masuk sekolah tanpa alasan. Mengumpulkan keberanian karna tahu akan di omeli, Avin menutup mata dan menekan panggilan video pada nomor sahabatnya itu.

Beberapa detik menunggu, wajah datar Cika akhirnya nongol memenuhi layar ponsel Avin.

"Cik?" panggil Avin.

"APA!" jawab Cika ngegas. Tidak lupa matanya melotot ke arah Avin. Sudah Avin duga, Cika pasti marah.

"Maaf. A--"

"Dari mana aja?" potong Cika cepat. Rautnya senantiasa datar membuat Avin meringis. "Kenapa gak bilang kalo gak masuk sekolah?"

"Itu, ak--"

"Aku cemas pas kamu gak datang-datang saat bel masuk, Avin. Aku telfon dan Chat, tapi gak kamu balas sampai Pak Aksa masuk. Kalo kamu gak masuk sekolah, setidaknya kabari aku biar aku gak cemas," omel Cika, tidak memberi Avin kesempatan untuk bicara. Ia terlalu kesal pada Avin yang tidak memberinya kabar apapun sejak pagi tadi hingga malam ini.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang