BAGIAN 42

685 68 7
                                    

Jangan lupa vote, ya teman-teman. Komen juga boleh, kok. Biar aku semangat update nya😁

Mohon ditandai jika kalian menemukan typo.

Happy Reading☘️

"Kamu sekarang tinggal di rumah Ayah, Kena!" tegas Devan.

"Iya, Yah." Avin menunduk, tidak berani menatap sang ayah. Terlihat jelas aura kemarahan dari diri Devan dan Zico.

Semua teman-teman Avin sudah pergi dari tadi, hanya tersisa Devan dan Zico yang menunggu gadis itu membereskan pakaiannya. Avin memutuskan untuk tinggal bersama keluarganya karna tidak ingin kejadian yang menimpanya terulang lagi. Avin tidak mau membuat keluarga serta sahabatnya cemas.

Avin, Devan dan Zico memasuki rumah yang disambut hangat oleh sang bunda. Sania langsung memeluk Avin lembut, merasa senang putrinya mau tinggal bersama mereka.

"Ayo masuk, sayang. Bunda tunjukin kamar kamu." Sania langsung menarik tangan Avin, menghiraukan Devan dan Zico yang berdiri di sana.

"Kita gak disuruh masuk, Bun?!" teriak Devan.

"Kalo gak mau masuk sendiri, berdiri aja di situ! Sekalian jagain pintu biar gak kabur!" jawab Sania.

Avin terkekeh melihat ayah dan adiknya merengut. Sania masih terus menariknya hingga sampai di depan sebuah kamar.

"Wahh...!" Avin membuka mulutnya, kagum melihat seisi kamar yang sangat besar dan juga rapi.

"Kamu suka?" tanya Sania, mengelus surai Avin lembut.

"Suka banget, Bun. Kamarnya gede banget." Avin menjawab dengan antusias.

"Syukurlah kamu suka. Zico sendiri yang minta kamar kamu di sini, biar dekat dengan kamar Zico katanya," ungkap Sania tersenyum. "Bunda turun duluan, ya. Bunda mau siapin makan malam dulu."

"Aku bantuin."

"Gak usah, sayang. Kamu istirahat aja. Bunda tau kamu lelah." Sania ke luar dari kamar Avin dengan menghela napas. Devan sudah menceritakan penyebab Avin pindah dan wajahnya yang penuh luka.

Suasana meja makan malam ini terasa sangat berbeda dari sebelumnya. Kehadiran satu anggota baru membuat suasana meja makan lebih ramai daripada biasanya. Avin dan Zico yang sama-sama menyukai ayam goreng saat ini tengah merebut ayam goreng yang tinggal satu. Dari tadi keduanya makan ayam goreng seperti lagi lomba hingga tersisa satu potong.

"Aku duluan yang ambil!" Avin menarik sebelah piring dan sebelahnya lagi ditarik Zico.

"Aku duluan yang lirik!" ujar Zico tak mau kalah.

"Ayamku udah abis!"

"Punyaku juga udah abis!"

"Ini punyaku!"

"Ini punyaku!"

"Ngalah sama kakak, Zico!"

"Ngalah sama adik, kak!"

Keduanya tidak ada yang mengalah membuat Devan pusing dan Sania yang terkekeh gemas.

"Ngalah dulu, Zico. Ini pertama kali Kena makan bareng kita," lerai sang bunda.

"Tuh. Dengerin."

"Gak mau. Pokoknya ayam ini punya aku."

Tarik menarik piring tidak dapat terelakan.

"Ini punya Ayah." Devan mengambil ayam goreng itu dan langsung melahapnya, tanpa mempedulikan ekspresi melongo kedua anaknya.

"AYAH!" teriak Avin dan Zico.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang