BAGIAN 32

748 71 0
                                    

Happy Reading☘️


Avin menutup telinganya dengan bantal merasa terganggu dengan keributan yang diciptakan dari kamar sebelahnya. Avin ingin tidak peduli dan berusaha untuk kembali ke alam mimpi, tapi matanya susah untuk diajak kompromi.

Dengan kesal Avin bangun dari tidurnya dan mengambil ponsel untuk melihat jam. Avin membulatkan matanya melihat jam masih menunjukan pukul 04.30 pagi. Dengan emosi meletup-letup, Avin berjalan ke luar kamar dan mendobrak pintu kamar sebelah.

Tak kunjung mendapat respon dari penghuni kamar itu, Avin langsung menendang pintu hingga menimbulkan bantingan pintu yang amat keras. Avin menatap marah ketiga pemuda yang saat ini tengah menatap ke arahnya sambil memegang satu sama lain.

Alfian, Alex dan Zinno menatap Avin dengan tatapan bingung akan kehadiran Avin yang penuh dengan emosi. Tanpa menghiraukan Avin yang berkacak pinggang di tengah pintu, ketiga pemuda itu kembali menarik satu sama lain, berebutan siapa yang boleh keluar kamar duluan.

Zico tidak ada diantara mereka. Zico sudah keluar duluan dari sana, terlalu malas melihat tingkah para sahabatnya yang seperti bocah itu.

Avin yang merasa dikacangin tentu saja semakin kesal. Dengan langkah seribu, Avin mengambil bantal dan melemparnya pada ketiga pemuda itu.

"Apaan, sih Avin? Kok lo lempar kita?" protes Alfian.

"Kalian yang ada apa? Pagi-pagi udah bikin ribut aja kaya anak kecil! Kalian udah ganggu orang tidur tau!" celoteh Avin emosi. "Kalian pada sadar gak, sih kalo kalian udah ganggu tidur orang yang lagi sakit?"

Ketiga pemuda itu langsung melepaskan cengkraman satu sama lain dan tersenyum kikuk pada Avin. "Bukannya lo udah sembuh, ya?" tanya Alfian.

"Siapa bilang aku udah sembuh? Aku masih sakit, tau!" jawab Avin ngegas.

"Terus, tadi malam yang merengek yang katanya udah sembuh itu siapa? Setan?" sindir Zinno.

Avin meringis, mengingat rengekannya tadi malam. Jika tahu paginya akan seperti ini, Avin tidak akan merengek seperti itu. Ketiga pemuda itu menatap Avin dengan tangan yang terlihat di depan dada.

"Tadi malam aku cuma bo'ong. Aku sebenarnya masih sakit," bela Avin.

"Emang orang sakit bisa nendang pintu sekuat itu, ya?" tanya Alex.

"Bilang aja kalo sebenarnya kita udah ganggu tidur lo. Jam segini kan lo belum bangun," sindir Alfian.

"Siapa bilang? Aku tiap hari bangun jam segini, kok."

"Halah, tai! Lo pikir kita gak tau lo selalu bangun kesiangan?"

"Emang kalian ada bukti?" tantang Avin dengan nada pongah.

"Lo masih butuh bukti?" Zinno menatap tak percaya pada Avin.

Avin mengangguk. "Jelaslah!"

"Bukti kalo Avin gak pernah bangun pagi!" ucap Alfian dengan suara lantang. "Satu! Lo selalu terlambat datang sekolah!"

"Gue cuma lima belas kali terlambat, ya!" protes Avin.

"Dua! Wajah lo selalu bengkak seperti baru bangun dan pastinya lo mandi gak lebih dari lima menit!" sambung Zinno.

"Heh! Mana ada!"

"Tiga! Lo gak pernah bawa buku sesuai jadwal seperti cewek pada umumnya!" sambung Zinno. Mereka seperti sedang latihan militer sekarang.

"DAN ITU YANG BUAT KITA RAGU SAMA GENRE LO SEKARANG!" ucap mereka serentak.

Wajah Avin perlahan memerah, pertanda saat ini Avin sudah beneran marah. Avin beranjak dari sana sambil membanting pintu dengan keras. Alfian, Alex dan Zinno hanya bisa mengelus dada dan kembali melanjutkan aktivitas mereka yang sempat tertunda, rebutan siapa yang bisa keluar kamar lebih dulu.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang