BAGIAN 47

619 55 19
                                    

Jangan lupa vote, ya teman-teman. Komen juga boleh, kok. Biar aku semangat update nya😁

Mohon ditandai jika kalian menemukan typo.


Happy Reading☘️

Suasana kelas Xll IPS 1 sangat hening. Saking hening nya, hanya suara nafas mereka yang terdengar. Murid IPS 1 secara tiba-tiba berubah menjadi alim saat kepala sekolah melewati kelas mereka. Semua penghuni kelas kompak diam, membuat kelas yang tadinya ribut seperti pasar berubah hening seperti kuburan.

Mereka pura-pura membaca buku saat kepala sekolah memasuki kelas mereka. Memasang tampang seserius mungkin agar kepala sekolah tidak curiga. Ada pula yang pura-pura menulis yang nyatanya hanya mencoret-coret buku.

"Kalian pelajaran apa?" tanya kepala sekolah.

"Ppkn, Pak!" kompak warga kelas menjawab.

"Apa Bu Desi menitipkan tugas?"

"Iya, Pak!" Lagi-lagi mereka menjawab kompak.

"Silahkan dikerjakan tugasnya dan jangan ribut," ucap kepala sekolah, melangkah ke luar kelas.

Setelah kepala sekolah tidak terlihat lagi, suasana kelas kembali ribut. Semua yang tadinya pura-pura membaca dan menulis menutup buku begitu saja, kembali melanjutkan aktivitas mereka sebelum kepala sekolah datang.

Begitu pula dengan Avin dan para sahabatnya. Mereka semua berkumpul di meja Avin dengan membawa kursi mereka masing-masing.

"Mungkin kalo ada lomba munafik, kelas kita yang menjadi juara pertama," ujar Alfian.

"Bener banget. Untung aja yang gak ribut gak kompor," sahut Zinno.

"Itu namanya solidaritas kawan sekelas," sahut Zico, diangguki oleh mereka berlima.

"Makanya gue beruntung masuk kelas ini. Meski bolos berulang kali, gak bakal ketahuan. Solidaritas warga kelas sangat tinggi."

"Tapi giliran yang cacat kaya aku kompak di jauhi."

Avin, Zico, Alfian, Alex dan Zinno kompak melihat ke arah Cika setelah mendengar ucapan gadis itu. Mereka lebih khususnya keempat pemuda itu menatap Cika dengan perasaan bersalah. Bukannya mereka ikut menjauhi Cika, hanya saja selama ini mereka tidak terlalu mempedulikan orang di sekitar mereka.

"Gak usah ngerasa bersalah. Sekarang aku udah gak papa. Kalian mau nerima aku aja, aku seneng banget," ujar Cika tersenyum.

Alex dan Alfian berdiri dan langsung memeluk Cika sambil menangis lebay. Seringnya melihat tingkah aneh kedua pemuda itu membuat warga kelas tidak terkejut lagi. Tingkah lebay mereka sudah menjadi hal biasa bagi mereka.

Semua siswa XII IPS 1 juga mulai mengakui keberadaan Cika diantara mereka. Tidak ada lagi tatapan sinis dan jijik yang tunjukan oleh warga sekelas. Kehadiran Avin di SMA Cakrawala memiliki arti penting bagi Cika.

Setelah adegan pelukan dan menangis lebay, Alfian dan Alex kembali ke tempat duduk semula.

"Eh, ngomong-ngomong buat lo, Kak. Kok lo masih ada di sini?" tanya Zinno tiba-tiba.

"Emang kenapa? Gak suka kalo aku masih sekolah di sini?" tanya Avin balik, dengan nada nyolot membuat Zinno mendengus.

"Bukan itu maksud gue, Kak. Lo kan bukan anak SMA lagi dan alasan lo berada di sini juga udah selesai. Lantas kenapa lo masih sekolah?"

"Aku lagi mastiin sesuatu," ujar Avin sok misterius.

"Mastiin apa?"

"Kalian para bocil gak perlu tahu. Ini urusan orang dewasa," jawab Avin angkuh.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang