BAGIAN 49

610 58 24
                                    

Jangan lupa vote, ya teman-teman. Komen juga boleh, kok. Biar aku semangat update nya😁

Mohon ditandai jika kalian menemukan typo.


Happy Reading☘️


Avin, Siska dan Serly duduk di ruangan Ibu Nining, tepatnya ruangan BK. Ketiganya dipanggil saat bel masuk berbunyi, diminta untuk menghadap beliau perihal masalah tadi. Siska dan Serly duduk menunduk dengan mata dan pipi membengkak. Sedangkan Avin hanya duduk santai seolah tidak melakukan kesalahan.

"Sekarang kalian mau apa? Mau Ibu panggil orang tua kalian atau berjanji tidak akan membuat masalah lagi?"

"Jangan panggil orang tua kita, Bu. Kita janji, ini yang terakhir kita buat masalah," jawab Serly, takut-takut melihat ke arah Avin.

Ibu Nining menghela napas lelah, "baiklah. Ini peringatan terakhir untuk kalian bertiga. Sekarang kalian boleh pergi. Avin tetap di sini."

Siska dan Serly dengan cepat berdiri dan berlari ke luar ruangan BK. Keduanya sangat takut berada di ruangan yang sama dengan Avin. Ibu Nining yang menyadari itu hanya bisa menggeleng tak habis pikir.

"Aku gak disuruh keluar juga, Bu?" tanya Avin saat Siska dan Serly sudah hilang dari pandangan mereka.

Pantat Avin rasanya mati rasa kelamaan duduk. Avin ingin segera keluar dari ruangan itu dan masuk kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

"Saya ingin menanyakan beberapa pertanyaan sama kamu, Avin."

"Nanya apa, Bu?"

"Kamu beneran cewek?"

Avin mendengus. Pertanyaan itu lagi. Kenapa orang-orang selalu mempertanyakan genrenya? Padahal Avin cantik kaya bidadari gini masa masih dipertanyakan, sih? Bingung Avin.

"Aku seratus persen cewek, Bu."

"Kamu ini cuma fisiknya doang cewek, tapi tenaganya kaya laki."

"Itu karna aku latihan, Bu. Kalo aku cuma makan tidur, ya gak bakalan kuatlah," jawab Avin malas. "Sekarang aku boleh keluar, 'kan?"

"Satu hal lagi, Avin. Karna kamu sudah sering membuat masalah, kamu harus menandatangani surat perjanjian. Jika kamu sekali lagi membuat ulah, terpaksa saya akan memanggil orang tua kamu."

Avin mengangguk, menerima kertas yang diberikan oleh Bu Nining. Tanpa pikir panjang, Avin langsung membubuhkan tanda tangannya dan ssgera pamit undur diri. Avin berjalan di koridor sekolah dengan langkah santai. Tangannya sibuk memegang kepalanya yang masih terasa sakit.

"Kenapa sih cewek kalo berantem harus jambak rambut?" gumam Avin. "Adu bogem kan bisa. Dasar cewek!"

Koridor terasa sepi. Avin tidak menemukan seorangpun yang berlalu lalang di sana. Namun, langkah Avin terhenti dan mengernyit melihat tiga orang asing jalan dari arah berlawanan. Avin tidak mengenali sosok tiga orang itu. Mereka bukan pekerja di SMA Cakrawala.

Pandangan Avin menajam, melihat seorang dari mereka memutar sesuatu ditangannya. Jarak mereka yang lumayan jauh membuat Avin tidak mengenali benda itu.

Avin refleks menghindar saat orang itu melempar Avin dengan benda itu. Pisau! Terlambat sedetik saja, pisau itu menancap tepat di bahu kanan Avin.

Bruk!

Avin mendobrak kelas di sampingnya dan menutup pintu dengan cepat. Siswa yang ada di kelas itu menatap Avin dengan ekspresi kebingungan. Untung saja kelas itu tidak ada guru sehingga Avin tidak mengganggu pelajaran.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang