BAGIAN 43

676 66 17
                                    

Jangan lupa vote, ya Fren. Komen juga boleh, kok. Biar aku semangat update nya😁

Mohon ditandai jika kalian menemukan typo.

Happy Reading☘️

Avin menggigit bantal untuk meredam suaranya akibat malu mengingat lagi kejadian tadi. Wajah Avin masih terasa panas meski kejadian itu sudah beberapa menit berlalu.

"Malu banget, Astaga!" pekik Avin dengan suara tenggelam.

Avin kabur begitu saja setelah lepas dari Aksa. Avin terlalu malu untuk melihat wajah pria itu. Avin bangun dari tidurnya, memegang dadanya yang berdebar kencang.

Avin kembali memegang bibirnya, masih dapat merasakan sensasi sentuhan bibir Aksa. Setelahnya, Avin melempar diri pada kasur dan berguling-guling kesenangan.

"Kak Kena udah gila?" Zico yang baru memasuki kamar Avin kebingungan dengan tingkah Avin yang seperti orang gila.

Avin langsung duduk setelah mendengar suara Zico di dekatnya. "Kamu kapan masuk?!" kaget Avin. "kenapa gak ketuk pintu kalo mau masuk, ha?!"

"Aku udah ketuk berkali-kali, tapi gak ada sahutan dari kakak. Aku masuk aja dan ternyata kak kena lagi mode orang gila."

Avin mendelik, tidak terima dikatai gila oleh Zico. Waras gini dikatai gila. Ya jelaslah Avin kesal. "Enak aja. Aku bukan gila tapi lagi mode seneng. Udah besar kok gak bisa bedain."

"Bahagia kenapa?"

"Anak kecil gak boleh kepo."

"Aku bukan anak kecil, Kak. Aku udah 18 tahun kalo kak Kena lupa," kesal Zico. "Tinggi kak Kena aja kalah jauh sama aku."

"Bagi aku kamu masih anak kecil, adik kecil kakak."

"Aku bukan adik ke--"

"Mau ngapain ke kamar kakak?" potong Avin cepat, tidak ingin mendengar kalimat protes dari Zico.

"Tadi Pak Aksa telfon aku, Kak."

"Pasti cari aku, 'kan?" tebak Avin dengan nada sombong.

"Dihh, pede gila. Emang kakak begitu spesial, ya, selalu dicari oleh Pak Aksa? Pak Aksa sibuk, gak sempat mikirin kakak," ujar Zico mengejek.

"Ya spesial lah! Aku kan pacar Mas Aksa," bela Avin, menutupi rasa malu karna asal menebak.

"Emang udah yakin Pak Aksa cinta sama kakak?"

"Yakinlah!" jawab Avin ngegas.

"Aku gak yakin deh. Soalnya Pak Aksa udah tampan, kaya dan dewasa lagi. Masa mau sama kakak yang modelannya kek gini."

PLAK

"Gak usah ngadi-ngadi kamu. Kakak cantik makanya Mas Aksa suka."

"Cantik dari mana? Kalo kek laki baru bener," ungkap Zico, mengelus lengannya yang terasa panas. Geplakan Avin sungguh tidak manusiawi.

"Jadi, untuk apa Mas Aksa telfon kamu kalo gak nyari aku?" tanya Avin, memilih mengalah karna tahu perdebatan mereka tidak akan ada ujungnya.

"Katanya mau minta maaf. Aku bingung loh, kak. Padahal Pak Aksa gak pernah buat salah sama aku, tapi kenapa dia minta maaf?" heran Zico.

Avin tersenyum simpul mendengarnya. "Ahh, gemes banget sih pacar aku," ucap Avin sambil memegang pipinya sendiri. Avin tahu alasan Aksa meminta maaf.

"Cihh, bucin. Dulu aja maki-maki Pak Aksa," sinis Zico. "Pak Aksa itu kaya tembok! wajahnya mirip zombie! Aura nya kek monster! Gak punya hati!" sindir Zico, mengulang segala cacian Avin pada Aksa dengan ekspresi yang sama.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang