BAGIAN 54

656 53 34
                                    

Jangan lupa vote, ya teman-teman. Komen juga boleh, kok. Biar aku semangat update nya😁

Mohon ditandai jika kalian menemukan typo.


Happy Reading☘️


Avin melangkah keluar kamar lengkap dengan seragam sekolah dan tas yang tersampir di lengan kanannya. Gadis itu berjalan menuruni anak tangga sambil bersiul ria.

Kejadian semalam tidak diketahui oleh Devan, Sania maupun Zico. Avin memohon kepada Rival dan Aksa untuk merahasiakan kejadian itu dari mereka. Avin hanya takut, jika kedua orangtuanya dan Zico tahu, Avin pasti dilarang untuk keluar sendiri lagi. Atau lebih parah lagi, motor Avin akan di sita oleh sang Ayah.

Setelah mengalahkan segerombolan orang itu dan menyerahkan mereka ke polisi, Avin diantar pulang oleh Aksa, tapi Avin melarang kekasihnya itu untuk mampir. Wajah Aksa yang memiliki sedikit lebam membuat Avin takut Aksa akan diinterogasi oleh Devan dan pada Akhirnya pria itu akan jujur. Avin tidak mau itu terjadi.

Avin melangkah menuju dapur dan menyapa Sania dan Devan yang tengah duduk di meja makan. "Selamat pagi, Ayah! Selamat pagi, Bunda!" sapa Avin riang. Avin langsung mengambil tempat duduk di samping Sania.

"Pagi juga, sayang!" balas Sania dan Devan.

"Loh, Zico mana? Tumben jam segini belum keluar kamar?" heran Avin, tidak menemukan keberadaan Zico di meja makan.

"Zico udah berangkat dari tadi, Kena," jawab Devan.

"Udah berangkat? Cepat banget!" seru Avin kaget. Bagaimana tidak kaget, sekarang baru menunjukkan pukul 06.20 WIB dan Zico sudah berangkat dari tadi. Bayangkan, Fren! Sepagi itu Zico berangkat sekolah?

"Bukan Zico yang cepat, sayang, tapi kamunya yang kelamaan," ujar Sania. "Bunda heran, deh. Kok kamu yang anak gadis kalah rajin sama Zico yang cowok? Apa jangan-jangan jiwa kalian tertukar?"

"Bunda ada-ada aja, deh. Ya kali ada jiwa yang tertukar," ujar Devan terkekeh.

"Kan siapa tau, Yah. Jiwa Avin dan Zico tertukar seperti dalam novel yang pernah Bunda baca."

Devan dan Avin hanya menggeleng tak habis pikir dengan pemikiran Sania. Ini, nih, gara-gara kecanduan baca novel fantasi sampai anaknya pun dikira bertukar tubuh.

"Avin sebenarnya juga rajin, Bun. Hanya aja, Avin lagi pengen malas aja," jawab Avin, sambil mengunyah nasi goreng buatan Sania.

Avin cengengesan memperhatikan raut Devan dan Sania setelah mendengar ucapannya yang terdengar santai. Emang benar, kok.  Dulu Avin terbilang gadis yang rajin bahkan sangat rajin. Namun, semenjak tinggal di Jakarta, rajin Avin menghilang entah ke mana digantikan oleh rasa malas. Mungkin efek lelah kali, ya?

••••••••••

"Good Morning, everybody!"

Avin memasuki kelas dengan langkah santai, tidak peduli dengan tatapan warga kelas yang mengarah padanya. Bagaimana tidak, bel masuk sudah berbunyi lima menit yang lalu dan Avin dengan santainya masuk dan duduk di bangkunya tanpa beban. Untung saja guru yang mengajar belum masuk sehingga Avin tidak perlu repot mencari alasan agar tidak dihukum.

"Kamu kapan kapok terlambat, sih, Avin? Dulu aja bilangnya tobat terlambat, tapi sekarang...?"

Cika masih mengingat jelas Avin berkata kapok untuk terlambat sambil menangis setelah dihukum mengerjakan sepuluh soal matematika oleh Aksa. Namun, kata kapok itu hanya berlaku seminggu lamanya dan setelah itu, Avin kembali terlambat datang sekolah.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang