BAGIAN 50

664 60 27
                                    

Jangan lupa vote, ya teman-teman. Komen juga boleh, kok. Biar aku semangat update nya😁

Mohon ditandai jika kalian menemukan typo.

Happy Reading☘️


Setelah kejadian kemarin, sekolah memutuskan untuk meliburkan para siswa selama tiga hari agar perasaan takut yang menghantui para murid memudar. Devan bertanggung jawab menanggung semua biaya rumah sakit bagi siswa yang terluka karna membantu Avin dan Zico dalam insiden itu.

Zico sekarang dirawat di rumah setelah penuh perjuangan membujuk orang tuanya dan juga Avin. Devan dan Sania yang awalnya melarang terpaksa mengalah saat Zico menyakinkan dirinya baik-baik saja. Zico diperbolehkan pulang oleh dokter dengan syarat harus teratur minum obat dan tidak melakukan aktivitas berlebihan. Mengetahui dirinya boleh pulang tentu saja membuat Zico kegirangan.

Zico yang dirawat di rumah ternyata suatu kesialan bagi Avin. Avin yang niatnya akan tidur sepuasnya gagal total karna tingkah menyebalkan Zico yang membuat Avin menahan kesal pada sang adik. Bagaimana tidak kesal, tidur Avin terganggu gara-gara Zico yang menyuruhnya ini itu layaknya pesuruh. Sedangkan Zico hanya duduk di kasur bermain ponsel layaknya seorang bos.

Avin memasuki kamar Zico dengan sedikit membanting pintu kamar sang adik. Zico mati-matian agar tawanya tidak meledak melihat wajah kusut sang kakak.

"Jangan dibanting pintunya, kak Kena," tegur Zico.

"Kakak capek, Zico. Kamu udah nyuruh aku pijitin kamu. Bolak balik beliin kamu cemilan padahal udah ada cemilan," kesal Avin.

"Kakak gak dengar ucapan dokter? Aku dilarang melakukan aktivitas berat, loh," ujar Zico dengan tampang sedih yang dibuat-buat.

Avin mengacak rambutnya yang belum sempat Avin sisir, tidak tega melihat wajah memelas sang adik. Tidak tahu saja Avin kalau saat ini batin Zico sudah tertawa jahat melihat penderitaan sang kakak.

"Aku lapar, Kak," ucap Zico tiba-tiba. Avin yang sedang memijit kaki Zico menutup matanya menahan kesal.

"Ayo. Kakak bantuin ke meja makan," kata Avin dengan suara dilembut-lembutkan.

"Aku lelah, Kak. Tolong bawain makanan aku ke kamar, ya?"

Avin menganga lebar. Lelah katanya? Rasanya Avin ingin mencincang Zico sekarang juga. Dari tadi kerjanya cuma duduk dan main ponsel, tapi masih saja mengeluh lelah?

Sabar, Avin! Sabar! Suara batin Avin.

"Baiklah, Raja. Babumu ini akan mengambil makanan untuk yang mulia Raja."

"Cepetan ya, Kak! Aku udah lapar banget!"

Avin keluar kamar Zico dengan mulut komat kamit. Avin juga lapar karna sedari tadi perutnya belum diisi. Zico tidak membiarkan sedetikpun untuk Avin mengisi perutnya.

"Dasar adik dakjal!" umpat Avin.

"Makan dulu, Kena. Ini udah pukul sembilan," pinta Sania.

"Nanti aja, Bun. Si bayi gede lagi mode bossy. Sekarang dia minta makan."

"Kamu yang sabar, ya, sayang. Zico lagi pengen dimanja sama kamu."

"Aku lebih ke babu sih, Bun."

Sania hanya bisa tertawa melihat raut pasrah Avin. Sania tahu putranya itu hanya ingin mengerjai kakaknya.

Avin kembali ke kamar Zico dengan membawa makanan pemuda itu. "Ini makanan kamu, Raja."

"Suapin. Ahh...." Zico membuka mulutnya lebar meminta Avin menyuapinya.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang