BAGIAN 36

772 77 10
                                    

Happy Reading☘️


Sore hari di cuaca yang cerah, Avin melangkah seorang diri di jalanan sepi yang jarang dilewati orang. Hari ini dan seterusnya Avin tidak akan bekerja di resto Aksa lagi. Pria itu tiba-tiba menyuruhnya berhenti karna katanya biar Avin bisa fokus belajar, apalagi ujian semester sebentar lagi akan diadakan. Padahal menurut Avin ujian itu masih lama, sekitar dua bulan lagi dan Aksa menyuruhnya untuk belajar mulai sekarang.

Avin menghirup udara sore yang terasa segar. Sudah lama Avin tidak menikmati angin sore karna harus bekerja di resto. Avin hari ini berencana ke supermarket, membeli semua kebutuhannya yang sudah habis. Avin menolak pergi bersama Zico ataupun Cika karna ingin menikmati waktu sendiri.

Sepanjang perjalanan, Avin terus bersenandung dan mensyukuri segala nikmat Tuhan pada hidupnya ini. Penderitaan yang selama ini Avin rasakan sudah tidak ada lagi. Avin merasa saat ini hidupnya seperti mimpi. Dari harus membanting tulang agar mencukupi kebutuhannya dan sekarang segala kebutuhannya dapat terpenuhi dengan mudah tanpa harus berkerja keras.

Avin sudah tiba di supermarket dan membeli semua segala kebutuhannya. Beberapa jam berbelanja membuat Avin sedikit lelah. Avin memutuskan singgah di sebuah kafe hanya untuk memesan minuman sebelum pulang ke rumahnya dengan angkot.

Avin memasuki halaman rumahnya dengan langkah riang. Avin sangat puas hari ini tanpa diganggu oleh siapapun. Avin mengeryitkan dahi, heran melihat sebuah box lumayan besar ada di depan pintu rumahnya.

''Box ini punya siapa? Kok ada di depan rumah aku?" Heran Avin. Avin memperhatikan box itu siapa tahu ada nama pengirimnya, tapi hasilnya nihil. Mengangkat bahu acuh, Avin mengangkat box itu dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Avin meletakan semua belanjaannya mulai penasaran dengan isi box itu. Batin Avin terus berperang antara membuka box itu atau membiarkannya begitu saja. Jika Avin membukanya, takutnya itu barang orang lain yang tak sengaja berada di depan rumahnya, tapi dilain sisi Avin penasaran dengan isi box itu.

"Buka aja kali, ya," monolog Avin sambil mengambil sebuah gunting.

Avin menutup hidungnya saat bau menyengat menguar dari dalam box saat box sedikit terbuka.

"Bau busuk apa ini?" Avin segera membuka box itu lebar-lebar dan heran dengan isi box itu. Di sana terdapat bangkai kucing bersama dengan surat yang ditulis dengan tinta warna merah.

YOU WILL ROT LIKE THIS CAT CARCASS

Avin mengernyit bingung, tidak mengerti dengan isi tulisan itu. Tidak mau pusing memikirkan arti tulisan itu, Avin langsung menutup kembali box itu dan membuangnya ke tempat sampah. Avin tidak takut dengan bangkai kucing itu karna menganggap itu hanyalah sebuah keisengan orang yang kurang kerjaan.

Seseorang dengan pakaian serba hitam terus memperhatikan rumah Avin dari balik pohon yang lumayan jauh dari rumah Avin. Orang itu terus mengintai Avin ke manapun Avin pergi. Matanya menyiratkan penuh akan dendam yang bertahun-tahun ia pendam.

"Ini baru permulaan." Dingin pria itu dan pergi dari sana.


••••••••••


Pukul 19.00 WIB, Avin sudah berpakaian rapi hendak keluar. Malam ini Avin akan mencoba motor baru yang dibelikan Devan untuknya. Motor itu baru saja sampai dan Avin langsung membawanya untuk jalan-jalan. Kali ini Avin yang akan mengajak Cika jalan-jalan mengelilingi Jakarta.

Avin sudah di depan rumah Cika yang berlantai dua. Avin sengaja tidak memberi tahu gadis itu bahwa dirinya kini berdiri di depan rumahnya. Avin mau mengejutkan sahabatnya itu dan penasaran dengan reaksi Cika. Untuk pertama kali sejak mereka bersahabat, Avin datang ke rumah Cika dan itu membuatnya sedikit merasa bersalah.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang