BAGIAN 24

776 71 2
                                    

Happy Reading☘️

"Wah! Aku baru tau ternyata ada tempat seperti ini di Jakarta," kagum Avin melihat restoran di depannya.

Avin sudah berdiri di depan sebuah restoran lima menit lamanya. Tanpa sadar, Avin melangkah memasuki restoran dan semakin menganga kagum dengan isi restoran itu.

"Gila! Ini beneran restoran?" ucap Avin tak percaya.

Restoran itu terlihat seperti tempat refreshing karna nuansa hutan yang hijau dan rimbun. Pemandangan setiap sudut terasa sangat mewah dan elegan, apalagi dilengkapi dengan bunga-bunga cantik yang menghiasinya.

Disalah satu sudut terdapat sebuah spot yang bagus untuk berfoto, menghadap langsung pemandangan kota Jakarta. Keindahan tempat ini membuat Avin tidak bisa berkata.
Avin ingin sekali mengambil ponselnya dan berfoto hingga puas dan menunjukkannya pada Cika bahwa Avin berada di restoran ini, Pradipta Resto.

"Sekarang aku tahu alasan Pak Aksa gak sering masuk sekolah. Ternyata dia bekerja di restoran ini juga," gumam Avin. "Pak Aksa mana, ya? Kok aku gak liat dia?" Avin mengedarkan pandangannya mencari sosok Aksa diantara para pelayang di sana.

"Selamat datang di Pradipta Resto. Apa kamu mencari tempat duduk yang cocok untuk menikmati waktu sendiri?" tanya seorang pelayan wanita ramah pada Avin.

Avin terkejut pelayan wanita itu berbicara padanya dan dengan cepat menggeleng, "bukan, Kak. Aku di sini lagi cari seseorang. Apa kakak kenal dengan namanya Pak Aksa? Beliau yang meminta aku untuk datang ke sini."

"Aksa?" Bingung wanita itu.

Avin mengangguk, "iya, Kak. Dia mengajar di SMA Cakrawala."

"Dia kerja sebagai apa di sini? Untuk apa dia meminta kamu datang, Dek?"

"Aku kurang tau, kak, tapi kayanya sebagai pelayan, deh. Dia beri aku alamat ini dan meminta aku untuk datang."

Avin menyodorkan ponselnya pada pelayan itu. "Ini benar 'kan alamatnya?"

''Iya, betul. Tempat ini sesuai dengan alamat yang tertera. Saya sebenarnya tidak mengenal pelayan yang bernama Aksa, tapi saya akan coba cari dulu, siapa tau ada yang kenal. Tunggu sebentar, ya? Selagi menunggu, kamu bisa duduk dulu."

"Makasih, kak. Maaf jadi merepotkan," kata Avin tak enak.

"Udah, gak papa, kok. Lagian juga bukan hal besar."

Avin tidak pernah bosan memandang restoran ini. Dengan iseng, Avin membuka buku menu yang ada di depannya.

Mata Avin membola melihat harga makanan dan minuman restoran itu. "Gila! Mahal banget.''

Avin menutup kembali buku menu itu dan bertopang dagu sambil menatap sekeliling restoran.

"Kira-kira alasan Pak Aksa suruh aku ke sini apa, ya?"

"Apa jangan-jangan, Pak Aksa mau suruh aku gantiin dia jadi pelayan di sini lagi?"

Avin mengetuk dagunya berpikir. "Pasti itu alasannya. Pak Aksa suruh aku kerja di malam hari agar dia bisa pulang dengan cepat dan tidur dengan nyaman."

"Permisi, dek. Pelayan di sini gak ada yang namanya Pak Aksa."

"Beneran, kak? Apa jangan-jangan Pak Aksa cuma ngerjain aku kali, ya?"

"Coba adik sebut nama lengkap orang yang adik cari?" usul Pelayan wanita itu.

Avin menggaruk kepalanya malu, "aku gak tau nama lengkapnya, Kak."

"Loh? Kok gak tau? Bukannya adik bilang dia ngajar di sekolah kamu?"

"Soalnya Pak Aksa itu mirip zombie, Kak. Mukanya datar, gak memiliki perasaan, menyeramkan dan juga nyebelin banget. Makanya aku gak ada niatan untuk mencari tahu tentang dia," jelas Avin.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang