BAGIAN 23

781 73 1
                                    

Happy Reading☘️


Tiga hari sudah berlalu dan masa skors Avin juga sudah berakhir. Selama menjalani masa skors, kegiatan Avin hanya mengunjungi Zico di rumah sakit. Menjaga Zico dari pagi, siang, sore, malam dan akan pulang hanya untuk mandi saja.

Zico dan ketiga sahabatnya sempat melarang keras Avin untuk selalu datang bahkan menginap, tapi yang namanya Aviandra Jesika tidak akan menyerah begitu saja. Avin sampai memohon pada keempat pemuda itu agar mengizinkannya untuk tetap berada di sana dan tentunya membuahkan hasil. Mereka tidak tega mengusir Avin yang selalu datang walau dilarang.

Zico sudah pulih setelah enam hari dirawat dan sekarang Zico kembali masuk sekolah. Tentu hal itu membuat penggemar Zico kegirangan karna rindu dengan wajah Zico yang tidak mereka lihat seminggu lamanya.

Meski memar pada wajah Zico belum sepenuhnya hilang, tidak membuat penggemar Zico kecewa. Mereka malah semakin menyukai Zico dan mengatakan Zico semakin keren dengan luka diwajahnya itu.

Avin baru memasuki kelas saat upacara bendera sudah selesai. Tak usah diragukan lagi kemampuan menyelinap Avin, dia jagonya.

"Pagi, everybody!" sapa Avin girang pada teman sekelasnya.

Avin berjalan menuju tempat duduknya sebelum menghampiri Zico, Alfian, Alex dan Zinno yang acuh dengan kehadirannya. Avin belum melihat Cika di kelas, makanya memutuskan menghampiri mereka dulu. Avin dengan entengnya menarik Zinno berdiri agar bisa duduk di samping Zico. Zinno hanya pasrah dan memilih duduk bersama Alfian.

"Wah, rajin banget, ya? Jam segini baru datang," sindir Alfian yang tidak melihat Avin di upacara tadi.

"Gak usah nyindir. Kalian laki kok datangnya pagi. Mau jadi murid teladan?" balas Avin menyindir.

"Ini nih, calon-calon perusak generasi muda. Bukannya seneng orang lain datang tepat waktu malah dibilang sok teladan," ujar Alex geleng-geleng.

"Gak udah sok bijak gitu. Mending aku yang datang terlambat, daripada kalian semua datang pagi, tapi nanti bolos juga, kan percuma," bela Avin. "Lagian aku gak terlambat, kok."

"Gak terlambat mata lo. Kita udah selesai upacara dan lo dengan santai nya masuk kelas tanpa ngerasain panasnya matahari," ujar Zinno.

"Pasti lo panjat tembok belakang biar bisa masuk, 'kan? Lo ini perempuan tapi jago banget panjat tem-- hempp."

Avin dengan cepat menutup mulut Zinno agar tidak melanjutkan ucapannya. Avin memandang sekeliling dan menghela napas lega saat semua masih fokus dengan urusan mereka sendiri.

"Gak usah diperjelas. Nanti orang lain dengar.''

Zinno melepas paksa tangan Avin yang membekap mulutnya, "tangan lo bau terasi, bego!"

"Ah? Masa sih?" Avin mencium aroma tangannya yang ternyata masih beraroma terasi. "Kok masih bau, ya? Padahal udah aku cuci pake sabun, loh."

Zinno mendelik sinis pada Avin yang dengan polosnya mengomentari tangannya yang masih bau terasi. Zico hanya diam memperhatikan.

"Kenapa? Lo takut orang lain dengar dan melapor sama Pak Aksa?" tebak Alex.

Avin menggerakkan tangannya menyuruh mereka mendekat. Alfian dan Alex dengan polosnya mendekat dan Zinno terlihat ogah karna Avin masih bau terasi. Namun, tangan Avin dengan cepat menarik Zinno supaya ikut mendekat ke arahnya.

"Iya. Bisa berabe kalo sampai Pak Aksa tau aku terlambat apalagi sampai memanjat tembok, mungkin aku akan mati berdiri karna dihukum sama tuh guru datar," jelas Avin berbisik.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang