Bagian 5

1.2K 108 18
                                    

Happy Reading☘️

Seorang pria tampan berpakaian dinas berjalan di koridor sekolah dengan tampang datar. Wajahnya tidak ada tampak ramah, tapi entah mengapa bisa membuat siswa yang berpapasan dengannya mencari perhatian dari pria itu.

"Selamat pagi, Pak Aksa," sapa murid yang kebetulan ada di koridor.

Pria yang dipanggil Pak Aksa itu hanya mengangguk singkat tanpa repot mengeluarkan suara. Mendapat anggukan saja sudah membuat mereka jingkrak. Apalagi kalo Pria itu menjawab, mungkin mereka akan kayang.

Aksa memasuki ruangan guru dan langsung berjalan menuju mejanya berada. Aksa tidak bergabung dalam percakapan para guru yang ada di ruangan itu.

"Selamat pagi, Pak Aksa."

Aksa mendongak, menatap sesama rekan guru yang menyapanya. "Pagi juga, Pak Budi."

Budi hanya bisa menggeleng maklum dengan sifat datar Aksa. Selama delapan tahun menjalin Pertemanan dengan Aksa sejak dari bangku kuliah, Budi sudah memahami sifat Aksa dan sekarang mereka juga menjadi rekan guru.

Aksara Pradipta Adiguna, pria berusia 26 tahun yang mengajar matematika kelas Xll di SMA Cakrawala. Pria dengan wajah datar itu sudah menjadi idola para siswi sejak pertama kali masuk mengajar dua tahun yang lalu atas rekomendasi dari Budi.

Budi kembali ke mejanya, tidak ingin menganggu Aksa yang sedang serius memeriksa tugas dari kelas yang diajarnya. Tumpukan kertas itu begitu banyak di atas meja miliknya.

"Permisi, Pak Aksa. Kelas Bapak minggu lalu kedatangan murid baru," ujar seorang guru dari depan meja yang berhadapan dengan meja Aksa. Namanya Asni--guru pelajaran biologi kelas XII.

"Baik, Bu. Terima kasih."

Aksa kembali fokus pada pekerjaannya sampai bel pergantian pelajaran berbunyi. Aksa lantas berdiri dari duduknya dan melangkah meninggalkan ruangan guru menuju kelas yang akan diajarnya pagi ini. Aksa hanya membawa sebuah spidol dan buku pelajaran matematika yang akan ia gunakan untuk mengajar.

"Selamat pagi!"

"Selamat pagi, Pak!"

Kelas yang tadinya ribut mendadak hening saat Aksa berdiri di depan kelas. Netra Aksa langsung menjelajahi seluruh isi kelas, memperhatikan semua siswa yang saat ini menjadi anak walinya.

Pandangan Aska sempat berhenti pada meja di sudut kanan kelas. Meja Cika dan salah satu wajah baru. Keduanya sedang asik bicara, tidak mempedulikan keadaan kelas yang sudah hening.

"Siapa murid baru di sini?" Aksa bertanya seolah-olah tidak melihat wajah baru. Entah apa yang dipikirkan guru itu, hanya dirinyalah yang tahu.

Avin dan Cika kompak tersentak setelah mendengar suara bass seseorang yang berbicara. Keduanya lantas melihat arah depan dan kebingungan dengan keberadaan Aksa di depan.

Kapan masuk? kompak batin Avin dan Cika bertanya.

"Saya, Pak," jawab Avin, mengangkat tangan kanannya tinggi.

"Silahkan maju dan perkenalkan diri kamu," titah Aksa tanpa ekspresi.

"Maaf, Pak. Bukannya saya menolak, tapi saya udah memperkenalkan diri minggu lalu," jawab Avin sopan.

"Itu minggu lalu. Sekarang pelajaran saya dan kamu wajib memperkenalkan diri lagi," balas Aksa.

Avin dengan malas berdiri setelah Cika beberapa kali menendang kecil betisnya. Avin sengaja melangkah dengan begitu pelan sembari menatap wajah guru itu kesal. Padahal Avin sangat malas berdiri di depan sana.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang