BAGIAN 12

964 84 7
                                    

Happy Reading☘️



Dering alarm yang menggelegar seisi kamar tidak membuat Avin yang masih bergelung dengan selimut terusik. Gadis itu malah dengan nyaman menarik selimut yang sedikit merosot dan semakin lelap dalam tidurnya. Avin seperti sedang mimpi indah, dilihat dari lengkungan bibirnya yang membentuk senyuman tipis.

Tiga puluh menit kemudian, suara alarm dari ponsel Avin kembali berbunyi. Kali ini ia sedikit terusik dan menggeliat pelan. Masih dengan mata tertutup, Avin mendudukkan diri. Ia merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah tidur cukup lama.

"Hoamm! Pagi dunia."

Avin menguap tanpa menutup mulutnya. Tangannya bergerak mengucek mata yang entah mengapa terasa gatal. Ia berusaha membuka matanya yang seperti diberi lem, sangat susah untuk dibuka.

"Sekarang udah jam berapa, ya?" gumamnya sambil menggaruk rambutnya yang sudah seperti singa itu.

Tangan Avin terulur, mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering. Avin tidak pernah lupa memasang alarm pada ponselnya supaya tidak terlambat bangun. Avin tidak akan bangun jika tidak ada yang membangunkannya. Emang dasar kebo.

Avin melempar asal ponselnya dan melompat dari kasur, berlari menuju kamar mandi setelah melihat
jam di ponselnya. Lima belas menit lagi gerbang sekolahnya akan ditutup. Tidak ada waktu untuk mandi. Hanya menggosok gigi dan mencuci area pribadinya yang Avin lakukan sekarang.

Hanya butuh lima menit, Avin sudah siap dengan seragam sekolahnya. Bibirnya yang pucat ia olesi sedikit liptint dan rambutnya yang seperti singa itu Avin ikat asal. Masa bodoh tidak mandi, Avin masih tetap wangi, kok.

Sudah dipastikan Avin terlambat masuk sekolah. Jarak tempat tinggalnya dengan sekolah lumayan jauh. Belum lagi Avin harus menunggu angkot yang mengantarnya ke sekolah. Avin mungkin tiba di sekolah saat pelajaran pertama sudah dimulai.

Avin yang sudah di luar rumah terpaksa masuk lagi saat dirinya lupa membawa ponsel. Setelah ketemu, Avin berlari ke jalan raya. Tidak lupa Avin mengunci tempat tinggalnya dengan benar. Untung saja sebuah angkot lewat dan Avin langsung menaikinya.

••••••••••

Avin mendesah kecewa melihat gerbang tinggi sekolahnya sudah tertutup rapat. Bagaimana tidak, Avin baru tiba di sekolah hampir setengah delapan. Pelajaran pertama sudah dimulai lima belas menit yang lalu. Avin harus memutar otak agar dirinya bisa masuk.

Avin melangkah ke belakang sekolah, menatap tembok yang cukup tinggi di depannya. Tidak ada pilihan lain, Avin harus melewati tembok itu untuk masuk. Sebelum melewati tembok itu, Avin memindai sekitar dulu takut ada yang melihat dan melaporkannya ke sekolah.

"Aman."

Avin mulai memanjat pohon yang kebetulan tumbuh di dekat tembok. Cabang pohon itu berada tepat di atas pagar hingga memudahkan Avin melewati tembok tinggi itu dengan mudah. Memanjat pohon dan tembok bagi Avin bukan perkara sulit. Ia sudah biasa melakukan hal itu di sekolah lamanya dan pastinya selalu berhasil.

HAP!

Avin berhasil mendarat dengan sempurna tanpa adanya cedera. Gadis itu sudah seperti pencuri, berjongkok memperhatikan area sekitar dan dengan cepat berlari bersembunyi agar tidak ada yang memergokinya.

"Selamat," ucap Avin lega. Untuk urusan menyelinap, kemampuan Avin memang tidak perlu diragukan.

Avin dengan cepat melangkah ke Kelas. Tidak ada yang mencurigai Avin di sepanjang koridor karna gadis itu tidak membawa tas. Avin sengaja memakai jaket yang memiliki saku dalam agar dengan mudah menyembunyikan bukunya.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang