BAGIAN 18

826 76 1
                                    

Happy Reading☘️

Avin memasuki lingkungan sekolah tidak semangat seperti hari biasanya. Hari ini Avin sangat malas datang sekolah dan hanya ingin tidur di rumah.

Avin sudah tidak menyebut rumahnya itu kos lagi karna Cika. Cika akan memukulnya keras saat Avin menyebut tempat tinggalnya itu sebagai kost-an. Avin berkali-kali menghela napas panjang memikirkan nasibnya nanti jika keseringan bertemu Aksa.

"Mungkin aku akan cepat tua atau lebih parahnya lagi aku akan gila." Avin bergidik ngeri memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi saat keseringan bertemu Aksa.

Bel masuk sudah berbunyi, tapi Avin masih melangkah pelan di koridor yang mulai sepi. Pikiran Avin terlalu kacau hingga membuatnya tidak mendengar bunyi bel.

"Jalan yang cepat, Avin. Kamu seperti tidak pernah makan seminggu, lelet banget," tegur seorang guru cantik yang berjalan di samping Avin.

"Loh? Bu Asni? Sejak kapan di sini, Bu? Mau ke mana?" tanya Avin heran.

"Kamu tidak denger bel udah bunyi dari tadi?" tanya Bu Asni bingung.

"Ha? Emang udah bunyi, Bu? Kok aku gak dengar?"

Bu Asni geleng-geleng kepala liat kelakuan Avin. "Kamu ini, masih muda udah tuli. Banyak pikiran, ya kamu?"

"Iya, Bu. Aku memang lagi banyak pikiran," curhat Avin, pura-pura mengelap air mata yang sebenarnya tidak ada.

"Cepat masuk kelas, sana. Ibu tidak akan menoleransi siswa yang terlambat masuk kelas saat pelajaran berlangsung.

"Mirip Pak Aksa aja," gumam Avin pelan.

"Kamu bilang apa?"

"Gak bilang apa-apa, kok, Bu," jawab Avin cepat. "Tapi, aku gak terlambat datang sekolah, Bu. Aku udah datang dari tadi, hanya belum sampai kelas aja. Jadi, Bu Asni gak bisa larang aku masuk kelas."

"Saya tau kamu tidak terlambat datang sekolah, Avin. Saya dari tadi udah liat kamu jalan kaya siput gitu. Saya hanya tidak bisa menoleransi siswa yang terlambat masuk pelajaran saya, bukan terlambat masuk sekolah," jelas Bu Asni, menekan kata pelajaran dan juga sekolah.

"Ohh, gitu. Bilang, dong dari tadi. Biar aku gak salah paham, Bu," ucap Avin cengengesan.

"Saya tadi udah ngomong gitu loh, Avin. Kamu nya aja yang tidak bisa memahami ucapan saya," ungkap Bu Asni.

Avin cengengesan, "maaf, Bu. Saya yang salah."

"Kalo gitu saya permisi dulu." Avin berlari meninggalkan Bu Asni yang hanya geleng kepala.

"Anak muda zaman sekarang, kelakuannya ada-ada saja."

••••••••••

Avin menyimpan tasnya di atas meja dan langsung menelungkupkan kepalanya di sana.

"Kamu, kok baru datang? Telat bangun, ya?"

"Gak, kok. Tadi aku bangun pukul 4 pagi," jawab Avin, tidak mengangkat kepalanya.

"Lah? Bangun pagi gitu kenapa bisa datang telat?"

"Aku gak telat, kok. Aku udah dari tadi di sekolah. Hanya aja aku lagi malas jalan makanya lama sampai kelas," jelas Avin.

Cika tidak bertanya lebih. Bukannya Cika tidak peduli, hanya saja Avin terlihat seperti banyak pikiran. Dilihat dari sikapnya yang tidak biasa dan juga nada suaranya yang terdengar lemah.

Bu Asni mulai masuk kelas, menyapa murid-muridnya dan mulai membahas pelajaran. Avin berpangku tangan saat Bu Asni mulai menjelaskan pelajarannya.

Pikiran Avin sedang tidak ada di kelas, melainkan melayang jauh di sana. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi saat dirinya resmi menjadi babu Aksa.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang