BAGIAN 15

872 83 7
                                    

Happy Reading☘️

Senin pagi menyapa. Untuk pertama kalinya selama sekolah di Jakarta, Avin bangun begitu pagi. Pukul 06.30, gadis itu sudah siap dengan seragam sekolah dan bersiap untuk berangkat.

Kali ini ada yang berbeda dengan penampilan Avin. Ia memang memakai seragam sekolah, tapi tidak dengan rok abu-abu. Avin sengaja memakai celana hitam panjang karna pagi ini Avin berangkat sekolah menggunakan motor milik Zico. Tak lupa Avin memakai jaket kulit hitam, menambah kesan cool pada dirinya.

"Perfecto," puji Avin di depan cermin.

Avin menyambar tas sekolahnya, dan Mulai berangkat menuju sekolah. Gadis itu mengendarai motor Zico pelan, menikmati udara pagi yang membelai wajahnya. Avin menggunakan helm, tapi tidak menurunkan kacanya.

Kehadiran Avin membuat siswa yang kebetulan berada di parkiran merasa kagum sekaligus penasaran dengan sosok yang mengendarai motor Zico.

Itu bukan Zico, mereka tahu itu. Tubuh Zico yang tinggi menjulang tidak mungkin berubah mungil dalam sehari.

Avin membuka helm hingga rambut panjangnya tergerai indah. Avin turun dari motor dan menyepol rambutnya asal.

Semua yang melihatnya tentu saja terkejut. Kenapa Avin yang membawa motor Zico? Di mana pemiliknya? Apa hubungan Avin si murid baru dengan Zico? Dan masih banyak Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dibenak mereka.

Tak berselang lama, sebuah motor matic hitam memasuki parkiran dan parkir di samping Avin. Lagi-lagi semua pada heboh melihat kejadian langkah itu.

ZICO DAN CIKA BERANGKAT BARENG!

Semua hampir tidak percaya dengan kejadian itu. Zico si most wanted SMA Cakrawala datang sekolah bersama Cika, gadis sasaran bullying SMA Cakrawala.

Avin yang sedang bersandar di motor Zico mengerling jahil ke arah Cika yang mana langsung dipelototi oleh gadis berambut hitam legam itu. Avin semakin menjadi, mencolek pinggang Cika hingga Cika kesal setengah mati.

Cika langsung menarik Avin menjauhi parkiran. Avin sempat pamit pada Zico yang terlihat kebingungan dengan tingkah mereka.

"Cieee... Cika... berangkat bareng Zico, nih, yeee...," goda Avin sambil mencolek Cika.

"Apaan, sih. Avin. Kita gak sengaja berangkat bareng, tau. Tadi malam motor aku Zico yang bawa," jelas Cika.

"Masa, sih?" Avin pura-pura tidak percaya.

"Bener, Avin!" tekan Cika.

"Iya, percaya."

Cika mendelik. Avin memang berkata percaya, tapi ekspresinya berkata sebaliknya. Cika langsung melepaskan tangan Avin, memasuki kelas dengan menghentak kaki karna kesal.

Cika tidak mempedulikan tatapan heran teman sekelasnya. Cika sudah tidak peduli lagi dengan pandangan orang tentangnya. Ucapan Avin waktu itu sangat benar, semakin kita mendengar omongan orang, semakin sulit kita membuka diri pada sekitar.

"Ciaahhhh! Ngambek." Avin terkekeh geli melihat Cika membuang muka.

"Maaf, ya? Janji deh gak jail lagi."

"Beneran?"

Avin mengangguk.

"Dimaafin."

Zico menghampiri meja Avin dan Cika untuk menyerahkan kunci motor Cika sekaligus mengambil kunci motornya dari Avin. Meskipun wajah Zico penuh dengan lebam, tetap saja terlihat tampan.

"Makasih untuk semalam," ucap Zico memandang Avin dan Cika bergantian.

Teman sekelas mereka tentu saja bingung sekaligus terkejut dengan ucapan tiba-tiba Zico.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang