Ikawa menenteng kresek berisikan roti pesanan Zalwa. Tidak habis pikir dengan tingkahnya pada gadis itu. Padahal jelas ia memaki Zalwa yang terus merepotkannya dengan sikap manjanya itu bahkan berterus terang tidak mau membelikan Zalwa roti. Namun apa sekarang? Perasaan tidak enaknya serta iba pada gadis itu lebih mendominasi.
Sampai di kamar rawat Zalwa yang bertuliskan 404. Ikawa tanpa ragu membukanya tanpa mau tau Zalwa sedang ngapain. Namun tepat di ambang pintu, langkahnya terhenti ketika tidak menemukan siapa-siapa di ranjang tersebut.
Ikawa menghembus nafas kasar, mencoba menenangkan dirinya. Meski ketakutan dan panik terus menyerang, Ikawa tetap membawa langkah tenangnya untuk mengecek ke sepenjuru kamar vvip ini. Namun naas ia tidak menemukan keberadaan Zalwa.
Ketakutan jelas tertera di sorot datarnya. Jantungnya yang berdetak kencang, membuat panik. Kemarahan juga tidak luput menguasai Ikawa. Stres sendiri dengan tingkah Zalwa yang suka tidak tau diri itu.
Anehnya Ikawa tidak ada niat meninggalkan, tidak pernah terlintas.
Meski marah dengan Zalwa, Ikawa selalu bisa mentralkan diri dan kembali pada gadis itu. Ada hal pada diri Zalwa yang membuat Ikawa menetap, rasanya kalau Ikawa meninggalkan Zalwa, ia sendiri yang kelabakan.
Hingga seorang perawat muncul dari pintu dan tampak terkejut dengan kehadiran Ikawa. Suster ini sudah sangat mengenal Ikawa dan Zalwa karena selalu merawat Zalwa jika di rawat disini.
"Mas Ikawa nyari, mba Zalwa?" tanya suster itu.
Ikawa menatap suster itu dengan sorot datar. "Iya."
"Mba Zalwanya lagi main di taman sama adik Safa dan Safi." Si suster tersenyum di akhir ucapannya.
Helaan napas lega lolos dari bibir Ikawa. Tanpa sadar tersenyum kecil dengan perasaan lega yang mulai menyelimuti. Setengah masih kesal dengan Zalwa karena tidak mengabarinya dan membuat ia kesetanan. Namun matanya kini terpaku pada noda di ranjang yang tertutupi selimut. Meski kecil, namun mata Ikawa yang sehat dapat melihatnya.
"Sus, kenapa Zalwa ngga pake impusannya?" tanya Ikawa dengan nada dingin. Menatap nyalang ke arah si suster.
Suster itu langsung membelalak di tempat ketika menemukan tiang impus yang tergantung sebuah impusan lengkap dengan selangnya di samping ranjang pasien Zalwa. Namun selang yang harusnya terhubung dengan tangan Zalwa malah terjuntai ke lantai, meneteskan isinya dan di sekitarnya terdapat bercak merah.
Dengan takut suster itu menatap Ikawa dengan patah-patah. Pribadi merasa ngeri dengan tatapan datar Ikawa yang terasa mematikan. "Ma-Maaf, saya tidak sadar jika mba Zalwa tidak memakai impusnya."
Langsung saja Ikawa menyibak selimut tersebut hingga membuatnya terjatuh ke lantai. Mata Ikawa kian menanar ketika menemukan bercak darah di sepreinya. Tawa sumbang lolos dari bibir Ikawa, bahkan tangannya bergerak mengacak surainya kesal.
"Wawa, bosen minum impus dulu."
Ikawa terlalu bodoh sampai tidak memahami kalimat gadisnya sendiri yang berstatus sahabatnya ini.
Sektor 3
"Sorry cause i'm cute," kata Shopee seraya melakukan gerakan andalannya.
Supernova cute.
"Alay si Spanyol," maki Yuyun merupakan teman kelas Shopee di fakultas manajemen.
Sambil menunggu dosen selanjutnya yang mengajar. Shopee dan Yuyun menghabiskan waktu untuk makan dan berbicara hal random. Pertama kali bertemu ke duanya langsung akrab karena kebetulan duduk berdekatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sektor 3
Teen FictionMereka hanya sekumpulan mahasiswa biasa yang tinggal di asrama suatu universitas, sektor 3. Wilayah asrama mereka berada di sektor 3. Asrama yang terdiri dari 3 gedung yang didesain berbentuk U. Serba tiga jadi yah, ish, ish. Tenang, isinya makhluk...