1

4.8K 290 23
                                    

Suasana kelas yang tenang dan di dominasi suara guru didepan kelas. Berbanding terbalik dengan salah satu murid yang nampak tidak tenang. Kakinya terus mengetuk diatas lantai, tubuhnya juga menghadap sempurna kearah pintu keluar.

Salah satu kawan sebangkunya mulai menyadari hal itu. Ia menyenggol si pria sampai menoleh kearahnya dengan halis terangkat sebelah.

"Kita ada kerja kelompok. Apa kau lupa?"

Lelaki itu termenung sesaat. Kentara bahwa ia tidak mengingatnya. Reflek kedua tangan itu menyatu ke depan dengan wajah yang mulai memelas.

"Aku lupa," akunya "Maaf, aku tidak bisa kerja kelompok. Aku harus pergi pulang karena adikku menunggu."

Syukurnya guru didepan kelas sudah menyelesaikan materi dan keluar ruangan.

"Tidak Seokjin. Kau selalu menghindar dari tugas dan menjadi beban kami."

"Tapi aku benar-benar tidak bisa. Maafkan aku Namjoon. Tapi bisakah aku mendapat sedikit keringanan?"

Namjoon menatap Seokjin jengah. Wajahnya nampak tidak suka dengan perkataam Seokjin, ia mulai menegakkan tubuhnya.

"Semua orang dikelas sudah banyak mengeluh dengan tingkahmu. Kalau kali ini kau tidak kerja kelompok, maka aku akan melaporkannya pada wali kelas."

Seokjin menganga kaget "Baik baik. Aku akan ikut kerja kelompok."

Mau tidak mau Seokjin harus mengikutinya. Ia tidak mungkin berurusan dengan wali kelas, semuanya menjadi rumit bila terjadi.

Alhasil pulang sekolah ia menghabiskan waktu yang lama disana. Bahkan sudah lewat dua jam dari jam pulang.

"Teman-teman apakah ini sudah selesai?" Tanya Seokjin.

"Ya. Tugas kita sudah beres," ucap Namjoon.

"Aku duluan pulang. Maaf karena selama ini merepotkan kalian. Terimakasih semuanya aku duluan."

Teriak Seokjin sambil menggendong dan membawa tasnya pergi dari sana.

Ketika sosok itu mulai menghilang, semua anggota kelompok memggunjing Seokjin.

"Akhirnya anak itu mau kerja kelompok."

"Kau hebat Namjoon bisa membujuk beban di kelas itu."

"Seokjin pemalas, tidak heran semua orang dikelas tidak mau berteman dengannya."

Tanpa Seokjin ketahui semua orang membencinya. Bahkan selama ia sekolah selalu diperlakukan demikian. Namun Seorang Kim Seokjin sudah cukup rumit menjalani hidupnya sendiri sebagai siswa SMA Kelas 3, perkataan mereka tidak akan ia pedulikan. Banyak hal yang harus ia urus, yang bahkan tidak mungkin seorang pelajar melakukannya.



...


Sementara itu Seokjin yang sudah meninggalkan ruang kelas langsung menyambar sepeda lusuhnya. Ia mengendarai dengan kencang, kakinya cukup kuat untuk mengayuh cepat. Bahkan beberapa kali ia menyalip kendaraan orang lain di gang sempit.

Ketika tempat tujuannya sudah dekat ia langsung mengerem dan menimbulkan decitan khas sepeda tua.

"Hosh... hosh... maaf... hyungh.. telat.."

Ucapnya sembari menancapkan standar dan mendekat pada seorang anak kecil berusia 5 tahun yang duduk di halte bus depan taman kanak-kanak.

Niat hati Seokjin ingin memeluk anak kecil yang memakai tas ransel itu namun ketika ia sampai dihadapannya. Raut wajah marah langsung ia terima.

Perjuangan Seorang KakakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang