Tempatnya bukan lagi di ruangan yang berisik oleh suara monitor maupun hembusan nafas kencang sepanjang waktu. Kini tempat sunyi yang hanya diisi oleh detik jarum jam.
Seokjin terbangun kala sentuhan kecil mencolek pipinya berulang.
"Hyung makan!"
Ia mengerjap, melihat Jungkook yang wajahnya begitu dekat.
"Ayo ku bantu," ucap Namjoon sambil membantu Seokjin untuk duduk dengan nyaman. Tubuhnya masih terasa berat namun syukurlah tidak ada benda asing menempel lagi.
"Hyungie aaaakk..." Jungkook menyendokkan satu suap bubur menuju mulut Seokjin.
Seokjin tersenyum meraih sendok tersebut.
"Nanti saja, ne? Hyung belum lapar."
"Kata Dokter baik, Hyung harus makan supaya sehat."
"Hyung rindu Kookie, Hyung belum mau makan. Boleh Hyung pangku Kookie dulu?"
"Ung?" Jungkook heran namun ia tetap naik ke ranjang dan duduk di paha Seokjin bersender di dada Hyungnya dengan nyaman.
"Maaf..." kata Seokjin lembut.
"Pasti Hyung membuatmu sedih lagi."
Jungkook berbalik agar bisa melihat wajah pucat Seokjin. Ia menggeleng "Anii Kookie tidak menangis," bohongnya.
Namjoon memutar bola matanya malas. Mana ada Jungkook tidak menangis.
"Benarkah?"
"Hm>:(."
"Syukurlah.." Seokjin tersenyum lagi.
Jungkook terpaku melihat lengkungan bibir Seokjin begitu tulus dan mata yang ikut menyipit. Senyuman hangatnya menimbulkan sedikit rasa cemas, namun Jungkook membalasnya.
"Cepat sembuh Hyung!"
"Terimakasih, Kookie."
"Sudah ngobrolnya ayo Seokjin kau harus makan," ucap Namjoon.
"Dimana Yoongi?"
"Dia harus kembali bekerja."
"Ke tempat itu?"
Namjoon mengangguk "Kalau dia berhenti sebelum satu bulan dia harus membayar pinalti. Yoongi hanya perlu bekeria satu minggu lagi lalu dia bisa berhenti."
"Kupikir dia tidak mau menemuiku lagi."
"Ugi Hyung selalu menunggu Jinyung sampai malam. Kata Ugiyung takut kalau Jinyung bangun terus tidak ada orang."
"Begitu ya." Ucapnya lega karena Yoongi tidak membencinya.
"Hyungie kata mau makan, kenapa malah bicara terus!" Marah Jungkook justru membuat Seokjin tertawa. Ia benar-benar tidak nafsu makan, makan membuatnya mengantuk dan tidurnya tidak pernah singkat.
"Nanti saja Hyung belum lapar."
"Kalau begitu pengobatannya akan di tunda sampai nutrisi Seokjin membaik."
Tiba-tiba dua orang Dokter masuk ke ruang rawat Seokjin, dia Sandeul dan yang satunya adalah Dokter spesialis radioterapi yang terlihat lebih tua seperti seorang paman.
"Pengobatan apa? Siapa yang mau bero-- ummmp..."
"Hyungie jangan cerewet cerewet! Kata Dokter baik nanti Hyungie mau terapi supaya sembuh dan bisa pulang."
Mereka tertawa pada Jungkook yang menyumpal Seokjin dengan sesuap bubur, membuat mulut itu tak mampu protes lagi.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Seorang Kakak
FanfictionSeokjin yang hanya hidup bertiga dengan dua adiknya. Tanpa orang tua Bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Seokjin juga seorang pelajar yang menyambung hidupnya sebagai pekerja keras tulang punggung keluarga. Bukan hanya memikul kewajibannya se...