16

1.1K 159 26
                                    

Malam hari ketika seharusnya semua orang sudah terlelap kedalam mimpi, Seokjin justru baru tiba di rumah setelah seharian beraktifitas, sekolah dan bekerja. Biasanya ia akan langsung menyiapkan makanan untuk sarapan dan makan siangnya nanti lalu ia bisa beristirahat sekitar 2 jam untuk lanjut berangkat ke sekolah.

Ketika ia masuk kerumah, melepas sepatu dan menyampirkan jaket tebalnya. Pintu kamar Yoongi terbuka. Sang adik sudah rapih dengan pakaiannya.

"Mau kemana Yoon?" Tanya Seokjin.

"Ada urusan Hyung. 2 jam aku pulang."

Yoongi lalu melenggang pergi namun Seokjin menahannya dengan tangan.

"Urusan apa?"

Yoongi memutar bola matanya malas "Aku tidak pernah bertanya pada Hyung walau aku sangat ingin tahu kemarin Hyung kemana. Bisakah Hyung juga jangan bertanya? Aku punya urusan pribadiku sendiri."

"Yoon, ini pukul dua pagi. Tempat apa yang akan kau datangi? Biar Hyung antar, ne?"

"Tidak usah Hyung. Kau istirahat saja jangan sampai sakit lagi dan membuat semuanya repot."

Yoongi langsung menghempaskan genggaman Seokjin dan berjalan cepat keluar rumah.

Seokjin terdiam mendengar kata-kata itu keluar dari mulut sang adik. Yoongi sangat berbeda sekarang, ia pun tidak tahu apa penyebabnya. Alhasil Seokjin hanya memantau dari jauh kepergian Yoongi sampai hilang ditelan jarak.

"Semoga dia selalu baik-baik saja," ucapnya lalu menutup pintu.



...




Namjoon memenuhi panggilan sang ayah yang menyuruhnya datang ke ruang kerja. Dimana tempat ayahnya sendirian dan jarang orang masuk termasuk Namjoon. Tentu saja ia pikir akan ada perbincangan serius diantara mereka. Sebelum masuk, ia menarik nafasnya sebentar menenangkan diri agar bisa berbicara dengan baik.

Ketika masuk, sang ayah sudah duduk manis menghadap pintu. Tangannya disimpan diatas meja dengan tatapan serius pada Namjoon. Ketika sang anak menutup pintu, ia langsung berdiri.

"Ada apa, Yah?" Tanya Namjoon to the point.

Sang Ayah tersenyum "Kenapa buru-buru? Ayah hanya ingin berbincang santai dengan anak Ayah."

Sorot matanya kini memghangat. Membuat Namjoon heran dengan perubahan yang terjadi pada sang ayah.

"Bagaimana sekolahmu?"

"Hm, baik."

"Apa kau punya teman?"

Namjoon berpikir sejenak, lalu ia menatap ke samping "Aku punya."

"Baguslah, Ayah senang mendengarnya."

Ada penyesalan dalam hati pria itu, sang putra kini memiliki kepribadian yang terbentuk karenanya. Pribadi pendiam dan tidak banyak bicara karena sedari kecil ia jauh darinya.

"Ayah dengar kemarin kau membawa temanmu yang sakit ke rumah sakit kita, apa itu benar?"

"Iya. Maaf, Yah aku menggunakan namamu kemarin."

Pria itu tersenyum "Tidak masalah. Apa kini kau mulai tertarik dengan dunia medis? Ayah menaruh harap padamu agar melanjutkan pendidikan Dokter."

Perjuangan Seorang KakakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang