"Aku berhenti!" Ucapnya sambil melempar dompet tebal yang berisi uang kepada sosok yang berdiri di depannya.
Lelaki itu tanpa malu memungutnya. Ia tersenyum miris sambil berjalan mendekati Yoongi yang kesal.
"Apa kau mau mengingkari janji yang telah kita buat?"
Yoongi sudah tersulut emosinya sendiri. Rasa sesalnya mengikuti kelompok mereka membuatnya hampir menjerumuskan diri sendiri ke jeruji besi. Di tambah mereka terus memanfaatkan dirinya agar berbuat kotor, sementara mereka menjaga tangan agar tetap bersih.
"Aku tidak peduli. Bergabung disini hanya akan membuatku menjadi sampah masyarakat!"
"Haha.. kau benar-benar sudah menyerah rupanya. Baiklah, silahkan tinggalkan tempat ini. Pintunya ada disana," tunjuknya pada gerbang besar di belakang Yoongi.
Tanpa ragu lagi ia langsung berbalik dan berjalan cepat menuju pintu keluar yang di maksud. Namun, ketika ia hampir sampai, 4 orang bertubuh besar menutupi jalannya.
"Kau pikir kau akan keluar dari sini dengan mudah?"
Yoongi mengepal kuat. Ia hanya ingin bebas dari penjara ini namun mereka terlalu licik untuk membiarkannya pergi.
"Kau pikir aku takut menghadapi bajingan seperti kalian?"
Ucapan Yoongi bagaikan sirine perang yang berbunyi. Ia langsung maju menerjang mereka. Ability dari tubuh kecil itu cukup menguntungkan. Sang musuh cukup kewalahan menghadapi kelincahan Yoongi.
"Jangan biarkan dia lolos!" Ucap bos mereka ketika melihat Yoongi hampir sampai ke ambang pintu untuk membukanya.
Salah satu sosok besar diantara mereka langsung menarik kerah belakang Yoongi, mengunci lehernya dari belakang.
"Dasar si besar bodoh!"
Yoongi menang banyak kala kakinya menendang ke belakang tubuh tepat mengenai organ intim pria itu akibat sepatunya yang berujung lancip.
Alhasil ia berhasil kabur tanpa luka sedikitpun. Sementara mereka kewalahan karenanya.
"Sialan, kita kehilangan penghasil uang kita! Awas kau Yoongi, hidupmu tidak akan tenang setelah ini!"
...
Semilir angin mengusik rambut rapih Seokjin. Di sela kesibukannya, ia menyempatkan diri untuk datang ke tempat Appanya berada. Ia ingin menenangkan dirinya sejenak dari rasa kecewa yang menyeruak relungnya.
Disamping pusara yang berumput segar, ia duduk memandangi langit sambil memeluk lututnya sendiri. Meratapi betapa sulitnya hidup di dalam dunia yang luas, berdiri diantara tiupan angin yang menerjang tanpa belas kasih. Seperti cobaan yang terus datang silih berganti.
"Kalau aku diijinkan menyerah, sudah ku lakukan sejak kepergian Appa waktu itu."
Seokjin tersenyum menyeka air yang mengalir dari sudut matanya.
"Tapi melihat Yoongi dan Jungkook, aku justru lebih memilih bertahan karena senyuman mereka."
Ia lalu menatap batu nisan sang ayah, tangannya terulur mengusap batu bertuliskan 'Kim Haesol'.
"Apa yang akan Appa lakukan jika Appa masih ada? Aku bingung Appa, aku tidak tahu bagaimana lagi menghadapi semua ini."
Seokjin menangis tersedu. Ia meremas kuat rumput disana sampai terjabut beberapa. Tangannya mengelus dada, mengisyaratkan dirinya agar tetap bersabar dengan semua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Seorang Kakak
FanfictionSeokjin yang hanya hidup bertiga dengan dua adiknya. Tanpa orang tua Bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Seokjin juga seorang pelajar yang menyambung hidupnya sebagai pekerja keras tulang punggung keluarga. Bukan hanya memikul kewajibannya se...