Bagaimana Yoongi harus bereaksi sekarang? Sudah dua hari ini Jungkook begitu anteng dan tenang tanpa menanyakan Seokjin sama sekali. Hal menguntungkan untuk Yoongi tapi ian tapi ia juga bingung apakah iya harus senang atau justru khawatir.
Seperti sekarang Jungkook bermain di kamar Seokjin, dengan beberapa mainan sederhana tidak begitu banyak. Yoongi yang sebelumnya hanya mengintip lewat celah pintu kini memberanikan diri untuk mendekat.
"Kookie-ah?"
"Ne Hyung?"
Yoongi duduk bersila di depannya "Seokjin Hyung belum pulang."
"Hm, Kookie tau."
"Seokjin Hyung masih ada urusan di luar kota. Jadi dia berpesan untuk Kookie agar tidak rewel."
"Kan Kookie memang tidak rewel."
Yoongi tersenyum mengusap acak rambut si kecil 'maaf, Hyung harus berbohong.'
"Anak pintar."
"Kookie tidak apa, Jin Hyung kan lagi s....sibuk."
Hampir saja ia keceplosan namun syukurlah Yoongi tidak menyadarinya.
"Ya sudah Hyung siapkan makan dulu ne?"
"Ne Hyung!"
Selepas itu Yoongi bangkit dan berjalan keluar kamar mempersiapkan makan malam untuk Jungkook.
Mata besarnya meniliki setiap sudut kamar Seokjin, ia rindu, namun ia juga harus tetap bersabar agar Hyungnya kembali dengan sehat.
Kamar yang biasanya selalu rapi walaupun ia sering merecoki Hyungnya karena bermain di kamar. Kini tidak serapih itu lagi akibat ulah Jungkook. Jungkook menyadarinya.
"Hyungie pasti senang kalau kamarnya rapi."
Sebenarnya Seokjin tidak pernah memarahi Jungkook karena ia suka bermain atau membuat sesuatu berantakkan. Hal yang lumrah dilakukan oleh anak-anak, selagi ia mampu membereskannya, Seokjin akan membiarkan Jungkook bebas.
Namun, semua perilaku Seokjin pasti di tiru oleh kertas kosong yang butuh di isi. Seokjin berusaha membuat Jungkook bahagia, begitu pula dengan Jungkook. Itulah yang biasa kita sebut sebagai kasih sayang antar keluarga.
...
Keadaan Seokjin memang membaik namun secara perlahan cenderung lambat. Namjoon begitu sabar menunggunya bahkan ia ikut tidak sekolah. Ponselnya penuh oleh teman dan guru menanyakan kabarnya. Jika ponsel Seokjin menyala mungkin tidak akan sebanyak itu.
Namjoon sangat ingin membawa Seokjin ke rumah sakit milik sang ayah namun ia takut Seokjin kenapa-kenapa di jalan. Dokter belum membiarkan dia bangun dari tempat tidur sama sekali.
"Kenapa aku belum boleh pulang?" Tanya sosok yang kini berbaring sedikut menyender pada bantal yang tertumpuk diatasnya.
"Hemoglobinmu masih rendah kata Dokter."
"Ha?"
Namjoon menarik nafas "Sel darah merahmu masih rendah, belum stabil."
Memang berbicara dengan seorang Namjoon yang pintar harus punga wawasan yang bagus juga.
"Tapi aku sudah lebih baik. Toh tinggal minum obat penambah darah."
Masalahnya bukan disana, tapi kanker Seokjin yang terus menghancurkan sel darah merah yang sehat sehingga membuat HB nya terus menyusut bahkan ketika ia tidak mengalami luka, pendarahan atau infeksi. Mungkin Seokjin tidak menyadari hal itu karena ia selalu menahan dirinya, mencoba tetap baik dan menghiraukan perasaan tidak enak. Namun, pemeriksaan pasti tidak dapat di manipulasi, data yang jelas akan membantu Seokjin memahami kondisi tubuhnya yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Seorang Kakak
FanfictionSeokjin yang hanya hidup bertiga dengan dua adiknya. Tanpa orang tua Bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Seokjin juga seorang pelajar yang menyambung hidupnya sebagai pekerja keras tulang punggung keluarga. Bukan hanya memikul kewajibannya se...