27

943 134 18
                                    

Yoongi dan Seokjin menepatinya, mereka tiba di sebuah gedung dekat kota. Dimana tempat ia akan bekerja sebagai model. Yoongi tidak tahu bagaimana model bekerja, ia akan mencoba profesional dan menjalani hal itu.

"Kau yakin?" Tanya Seokjin.

Yoongi mengangguk yakin. Ah ternyata melakukan sesuatu demi uang terasa menyedihkan. Bukankah ini seperti menjual tampangnya demi orang-orang?

Plak

Yoongi menampar kedua pipinya bersamaan "Ayo Hyung kita masuk," ucap Yoongi mendadak semangat.

Seokjin mengangguk lalu berjalan didepannya. Ia juga tidak mengerti bagaimana seorang manager bekerja, tapi yang ia lihat tentang kehidupan artis, manager memiliki peran penting dalam menjalankan aktifitas artisnya. Artinya, ia hanya perlu membantu Yoongi kan?

Ya. Seokjin rasa begitu.

Ketika mereka datang sudah disambut dengan sosok yang kemarin ia temui di jalan pulang sekolah dan mengajaknya naik mobil bersama.

"Kau datang? Ah syukurlah."

Penampilannya tetap nyentrik khas orang kaya pada umumnya.

"Aku bergabung," ucap Yoongi sambil menyerahkan map yang berisi berkas-berkas kesepakatan mereka.

Wanita itu menerimanya dengan tersenyum lalu membuka lembar demi lembar. Kukunya yang panjang dengan banyak hiasan membuat semakin terlihat mewah.

"Tidak perlu wawancara, tidak perlu tes. Sekarang aku akan menunjukkan area studio ini. Dan kau...?"

Wanita itu mengkode pada Seokjin yang berdiri di samping Yoongi.

"Aku manager Yoongi."

"Kalian bersaudara?"

"Iya aku Hyungnya."

"Terlihat berbeda ya? Kau Hyungnya? Tubuhmu sangat kurus, bahkan wajahmu juga tidat terlihat mirip. Berapa perbedaan umur kalian? Sepertinya Seokjin jauh lebih tua. Wajahmu sangat terlihat lelah. Ya syukurlah Yoongi memintamu jadi mannager, kau akan banyak uang nanti--"

"Cukup!"

Yoongi berkata dengan tegas. Perkataannya sangat keterlaluan. Wanita kaya dengan sikap buruk cukup membuat tangannya mengepal kuat.

"Oh maaf, sepertinya aku berlebihan haha.. aku hanya becanda. Ayo ikut aku," ucapnya lalu berjalan duluan. Ekspresi wajahnya langsung berubah, diam diam ia bergumam dengan pelan.

"Kalau bukan karena Yoongi, aku tidak mau melihat lelaki penampilan buruk seperti dia."

Keduanya tidak mendengar. Namun Yoongi terlihat kesal, urat lehernya sampai terlihat. Seokjin berinisiatif menyentuh pundak Yoongi sambil menyamakan langkah mereka.

"Hei, tenang saja jangan emosi," ucapnya sambil tersenyum. Yoongi hanya diam tak mengindahkan reaksi Seokjin yang bertingkah seolah ia baik-baik saja.

"Namaku Cho Hyuna. Panggil aku sesuka kalian."

Mereka hanya mengangguk.

Butuh waktu satu jam untuk mereka mengenal setiap ruangan studio di gedung ini. Seokjin mencatatnya, ia ragu akan mengingat semuanya ketika datang kembali. Terlalu luas, lucu jika hari pertama bekerja nanti ia tersesat.

"Besok sepulang sekolah, Yoongi bisa langsung datang kita akan memulainya."

Seokjin dan Yoongi mengangguk. Besok akan mejadi hari yang sibuk bagi mereka.







...






Malam tiba, Sebelum tidur Seokjin segera mempersiapkan barang yang ua butuhkan seperti bekal air mineral, baju ganti Yoongi dan buku catatan kecil yang selalu ia bawa kemana-mana.

Perjuangan Seorang KakakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang