10

1.4K 204 20
                                    

Seokjin kini harus memutar otaknya. Disamping ia merasa senang karena Yoongi kembali setelah menghilang lama walau pertemuan mereka terjadi karena hal yang buruk. Seokjin memakluminya, hidup tanpa orang tua selama 3 tahun bukan hal yang mudah dilalui apalagi oleh remaja.

Malam ini ia berkutat dengan berkas untuk melamar ke tempat kerja. Seokjin tidak peduli dengan jam tidur, ia masih bisa terlelap ketika sekolah, yang terpenting adalah ia harus menambah pemasukkan dan jam kerjanya. 1 pekerjaan paruh waktu tidak akan cukup untuk menghidupi 3 orang siswi dengan salah satu yang masih harus menempuh pendidikkan panjang. Cita-citanya untuk menyekolahkan Yoongi ke universitas semakin tinggi.

Ngomong-ngomong soal Yoongi, sebab semalam ia meminta maaf dan bernostalgia dengannya. Sekarang anak itu terlelap jatuh dialam mimpi.

Seokjin begitu penasaran bagaimana bisa pria cerdas seperti sang adik memilih jalan yang salah. Apa yang sudah ia lalui diluar sana sehingga berpikiran pendek seperti tadi.

Matanya tersayup-sayup, jam menunjukkan pukul 2 pagi dan besok ia harus mencari pekerjaan tambahan. Ia pun membereskan barangnya. Lalu bergegas tidur menyusul Yoongi.

Kebahagiaannya hampir sempurna namun ia tidak yakin apakah waktu akan berputar lebih lambat? Bisakah? Entah. Seharusnya ia tahu bahwa limitnya tidak banyak.





...



"Hyung berangkat ya.. sarapan sudah siap. Untuk makan siang panaskan saja lauk diatas meja."

Ucap Seokjin sembari membangunkan Yoongi dan Jungkook. Sengaja ia membangunkannya agak siang karena ini bukan jam sekolah. Membiarkan anak muda seperti mereka tidur lebih banyak justru akan bagus bagi kesehatan.

"Hyung mau kemana?" Jawab Yoongi dengan mata beler.

"Hyung ada urusan. Besok kau sekolah lagi, ne? Biar Hyung yang bicara pada akademik."

"Aku tidak perlu sekolah, Hyung."

Seokjin menahan dirinya yang hampir saja akan beranjak keluar rumah. Ini adalah hal yang menjadi alasan Yoongi pergi, ia yang memilih berhenti sekolah hanya untuk mencari uang membuat Seokjin tidak bisa berbuat apa-apa atas kekeraskepalaan sang adik. Namun jika sudah terjadi seperti ini, Seokjin tidak akan membiarkannya terjadi.

"Kau harus sekolah. Jangan mengkhawatirkan uang atau apapun itu. Biar Hyung yang mengatasinya, kau hanya perlu belajar dengan giat."

"Bagainana dengan Jin Hyung? Bukankah Hyung juga harus sekolah."

Seokjin tersenyum tipis "Tentu saja Hyung sekolah. Hyung sudah pandai mengatur waktu. Maka dari itu Yoongi harus belajar dengan giat dan bantu Hyung menjaga Jungkook kalau Hyung pergi."

"Memangnya Hyung mau kemana?"

Seokjin terdiam sejenak, memang dasarnya darah lebih kental dari air, namun ini belum saatnya. Mereka baru saja berkumpul bersama, memberi kabar buruk bukan hal yang menyenangkan. Ia ingin sejenak melupakan kekhawatirannya.

"Hyung bekerja. Kalau ada Yoongi di rumah, Hyung sangat merasa terbantu karena kau bisa menjaga adik kita."

"Apa sekarang Hyung akan berangkat bekerja?"

Seokjin menggeleng "Hyung akan mencari pekerjaan paruh waktu di tempat lain. Nanti malam baru Hyung berangkat."

Yoongi membayangkan betapa lelahnya sang Kakak mencari uang untuk mereka. Sementara ia mencari jalan pintas yang merugikan dirinya dan juga Jin Hyung. Seketika ia teringat masalah yang belum tuntas.

Perjuangan Seorang KakakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang