"Terimakasih, Noona."
Ucap Namjoon pada gadis yang kini menuntun Jungkook. Baru saja dia tiba di panti asuhan membawa sang adik untuk tinggal disana sementara.
"Tidak usah memanggilku Noona. Terlalu formal. Panggil saja Sanha."
Namjoon hanya mengangguk walau ia tidak enak hati memanggil wanita yang lebih tua darinya dengan nama.
"Kookie jangan nakal ya, berteman baik dengan yang lain."
"Ne! Namjoon Hyung nanti banyak-banyak kasih makan Jin Hyung yaa.."
Namjoon mengangguk sebari mengusap kepala Jungkook sebelum pergi.
"Aku pamit, sekali lagi terimakasih."
"Sama-sama. Jaga dirimu juga."
Namjoon mengangguk dan pergi dari tempat itu untuk kembali.
...
Mata sayu Yoongi memandang punggung seseorang yang berbaring di depannya. Punggung yang kian ramping seketika membuatnya khawatir. Sudah berapa banyak bobot yang hilang dari tubuh itu?
Ia merasakan sensasi dingin yang mengusap punggungnya. Rasa nyeri tusukkan jarum ia terima hanya beberapa saat sampai punggungnya terasa kebas dan baal.
Matanya tidak teralih ia tetap terfokus pada keberadaan Seokjin yang tidur menyamping di depannya. Tangannya hendak meraih sang Kakak namun apa daya, rasa kantuk mulai menyerang. Ia tanpa sadar menutup matanya.
"Sudah siap?" Tanya Dokter Han pada Sandeul yang berada di dekat Yoongi.
Ia mengangguk lalu pergi ke meja instrumen di ujung ruangan. Membawa barang yang dibutubkan Dokter Sandeul.
Perlahan ia menusuk jarum besi menembus tulang belakang Yoongi. Menarik benda cair berwarna merah dari sana lalu meletakkan ke tempat khusus untuk dilakukan perpindahan.
Ia butuh beberapa waktu untuk memprosesnya sampai bisa transplantasi pada Seokjin.
Walaupun Seokjin koma, ia tetap diberi anastesi. Tidak ada yang tahu kapan Seokjin akan sadar.
Mereka melakukab transplantasi dengan tenang dan hati-hati. Yoongi sudah dibawa keluar dari ruang operasi menyisakkan Seokjin disana sendirian bersama petugas medis.
Sebelum memberikan sumsum tulangnya, Dokter tersebut sedikit mundur. Merapalkan doa yang biasa ia ucap saat melakukan tindakkan yang beresiko.
Ia mengangkat tangannya menatap telapak yang tertutup oleh sarung tangan steril. Kehidupan hanya ada di tangan tuhan, tuhan lah yang mampu menggerakkan tangan itu untuk menyelamatkan manusia.
.
Satu jam berlalu setelah menyalurkan sumsum tersebut mereka tidak meninggalkam Seokjin. Semuanya terus memantau perkembangannya takut-takut terjadi reaksi yang tidak diinginkan.
Sanha, yang kebetulan menjadi perawat anastesi disana. Ia memperbaiki posisi keoala Seokjin agar nyaman. Ia bisa melihat kemiripan antara Seokjin dan Jungkook.
Apalagi ketika mata itu terbuka sedikit.
"Dokter," panggilnya.
Dokter Han dan Dokter Sandeul langsung mendekat. Seokjin, ia membuka matanya tipis.
"Seokjin?" Tanya Sandeul pelan.
Mata itu mengedip kecil.
"Kau akan baik-baik saja. Tidurlah kembali."
Seokjin menutup kembali matanya. Ia bisa merasakan sakit yang luar biasa namun karena hal itu, ia bisa membuka matanya kembali.
"Sanha tolong suntikkan lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Seorang Kakak
FanfictionSeokjin yang hanya hidup bertiga dengan dua adiknya. Tanpa orang tua Bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Seokjin juga seorang pelajar yang menyambung hidupnya sebagai pekerja keras tulang punggung keluarga. Bukan hanya memikul kewajibannya se...