Yoongi ragu. Tidak terhitung berapa lama ia bolos sekolah. Berniat untuk berhenti dari tempat itu. Namun melihat bagaimana Seokjin memohon pada akademik sekolahnya, Yoongi kian menyesal. Andai saja ia tetap di rumah, andai saja ia tidak menuruti keinginan bodohnya. Seokjin tidak akan membayar ganti rugi dan memohon untuk tetap memasukin Yoongi ke dalam sekolah.
"Kalau begitu untuk mengganti ketidakhadiran adikmu, Yoongi harus mengejar materi dan juga tugas-tugas."
"Baik, Ibu. Terimakasiu atas kesempatannya."
Seokjin menyenggol lengan Yoongi, agar ia juga berterimakasih. Ia pun menunduk 90° penuh hormat.
"Terimakasih banyak, Bu."
"Iya sama-sama. Semoga hari kalian menyenangkan."
Mereka pun keluar dari ruangan. Seokjin yang berjalan didepannya, Yoongi bisa melihat punggung itu, punggung yang kokoh dan menjadi tunpuannya selama ini. Bukan punggung yang luas namun begitu kuat menghalau semua yang terjadi.
"Terimakasih Hyung."
Seokjin menoleh dengan senyuman hangatnya.
"Sama-sama Yoongichi."
...
Pulang sekolah Seokjin tidak kembali ke rumah. Ia langsung berangkat menuju restoran dimana ia bekerja sekarang. Mengambil waktu sebanyak 5 jamdari jam 3 sore sampai 8 malam dan lanjut ke pekerjaan selanjutnya, di Bar. Membayangkannya saja sepertinya akan sangat melelahkan tapi Seokjin begitu yakin bahwa dirinya mampu.
Pemilik restorannya sangat baik ketika wawancara kemarin, menanyakan bagaimana kesibukan dan kenapa ia ingin bekerja disana. Seokjin menjawab dengan apa adanya, dan hari ini pemilik restoran menjelaskan bagaimana sistem kerja disana.
"Tugasmu melayani dan mencuci piring. Untuk masak itu menjadi tanggung jawabku."
Seokjin mengangguk.
Anak muda sepertinya jauh lebih sopan dari anak muda yang lain. Tidak salah kalau ia merekrutnya tanpa ragu. Bahkan selang sehari setelah wawancara.
"Ada yang mau kau tanyakan?"
"Tidak tuan."
"Panggil Hyung saja. Ken Hyung."
Seokjin kesulitas menyesuaikan diri, di bar tempatnya bekerja ia terbiasa memanggil manager dengan sebutan Tuan. Sedangkan disini pemilik restorannya berbeda.
"O-oh iya baik Ken Hyung."
Lelaki itu lalu berpamitan pergi untuk ke ruangan. Seokjin pun langsung memulai pekerjaannya. Tidak jauh berbeda, menjadi pelayan memang hal yang mudah semua orang bisa melakukannya.
Namun banyak hal sulit yang mereka alami. Komplain para pelanggan, keinginan mereka untuk mendapat lebih, apalagi para petinggi yang selalu ingin di dahulukan. Membuat cara pandang mereka cenderung merendahkan pelayan.
...
Suara gedoran pintu rumah terdengar begitu keras, bagkan Yoongi yang berada di ruang belakang masih bisa mendengar mereka berteriak memanggil namanya.
"Hyung.. takut," ucap Jungkook yang berada di pelukannya.
Lelaki berjumlah 5 orang tiba-tiba datang kerumah mereka, memukuli pintu dengan keras. Sontak Yoongi yang menyadari keberadaan mereka langsung membawa sang adik ke belakang. Untuk bersembunyi.
"KIM YOONGI SIALAN! CEPAT KELUAR!!"
DUK DUK DUK
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Seorang Kakak
FanfictionSeokjin yang hanya hidup bertiga dengan dua adiknya. Tanpa orang tua Bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Seokjin juga seorang pelajar yang menyambung hidupnya sebagai pekerja keras tulang punggung keluarga. Bukan hanya memikul kewajibannya se...