Malam ini, Seokjin menidurkan Jungkook. Diatas kasur sederhana dengan selimut tipis. Ulasan tangannya menggiring Jungkook kedalam mimpi. Anak umur 5 tahun dihadapannya terpaksa harus merasakan hidup tanpa orang tua. Setidaknya mungkin jika ada 1 orang, minimal sang Ibu. Kehidupannya tidak akan seburuk ini.
"Hyung.. Kenapa selalu kerja malam-malam?"
Mata yang memejam itu berucap seolah mencoba masih tersadar dari rasa kantuk yang Seokjin buat.
"Karena kalau siang, Hyung masih sekolah."
"Tapi Jungkook sendirian heung.."
"Maaf ne? Hyung harus pulang pagi. Apa Jungkook mau dititipkan ke rumah Bibi Min?" Tawarnya. Bibi Min adalah tetangga Seokjin yang pasti bersedia jika menjaga Jungkook, karena ia seorang yang hidup sendirian dan terlalu tua. Seokjin tidak enak, belum lagi pasti ia harus memberi imbalan padanya. Jungkook yang mengatakan hal itu, ia rasa tidak masalah jika harus menyisihkan uang.
Namun Jungkook menggeleng.
"Tidak tidak. Hyung bekerja saja tapi Hyung jangan sakit dan harus jaga diri."
"Tentu! Hyung kan sudah besar," jawab Seokjin percaya diri "Sudah.. Jungkook tidur ne? Puk puk.."
Seokjin kembali melakukan ritualnya. Hanya butuh 5 menit untuk membuat Jungkook tertidur pukul 19.30 waktunya ia pergi bekerja. Sebelum beranjak ia menempelkan bibirnya pada kening Jungkook.
"Selamat malam.."
Setelah itu ia bangkit, walau rasa pusing mendera. Seokjin sudah terbiasa dengan sensasi berputar di kepalanya. Wajar bagi Seokjin, ia tidur kurang dari 6 jam setiap hari dan banyak pekerjaan yang harus ia lakukan sendiri. Terpaksa Seokjin harus memforsir semua tenaganya.
...
Belum juga 1 jam ia berada disana, pelanggan sudah beramai-ramai datang. Tentu saja pekerjaan Seokjin semakin banyak, ia harus menyiapkan meja tambahan dan cucian gelas, piring semakin banyak.
"Kabarnya kali ini kelompok mafia datang. Kita harus hati-hati," ucap salah seorang rekan kerja Seokjin.
Seokjin tidak menoleh dan hanya memgangguk sambil menyiapkan gelas di bartender.
"Mereka terkenal kejam, bahkan berdarah dingin. Mereka tanpa segan menghabisi siapapun bahkan orang tidan bersalah."
"Kau membuatku merinding," jawab Seokjin jujur.
Ketika mereka fokus bekerja, tidak lama pintu terbuka dengan cepat dan sekelompok lelaki bertubuh besar masuk kedalam. Berjalan mendekat kearah mereka, sontak Seokjin dan rekannya langsung menunduk dengan sopan.
"Dimana manager kalian?"
"Akan saya panggil, tuan," jawab rekan Seokjin lalu pergi meninggalkannya. Sementata Seokjin tertinggal diantara mereka sendiri. Dalam hati ia menggerutu karena sang kawan yang berani pergi tanpanya.
"Ada yang bisa saya bantu?"
Lelaki itu tidak menjawab dan hanya memandang Seokjin dari bawah keatas dengan mata tajamnya. Tidak lama ia merogoh jas hitam pekat bermerk dan melemparkan sebuah amplop coklat keatas meja sampai beberapa lembar isinya terlihat.
Lembaran uang yang sangat banyak baru pertama kali Seokjin lihat.
"Aku menyewamu. Bayaran akan semakin besar jika kau menuruti perintahku."
Seokjin meneguk ludahnya kental. Ia sudah terhasut dengan jumlah uang yang tak terhitung.
"T-tapi manager--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Seorang Kakak
FanfictionSeokjin yang hanya hidup bertiga dengan dua adiknya. Tanpa orang tua Bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Seokjin juga seorang pelajar yang menyambung hidupnya sebagai pekerja keras tulang punggung keluarga. Bukan hanya memikul kewajibannya se...