Katakanlah Namjoon memang gegabah. Ia berani menerobos gerbang sekolah yang kebetulan terbuka lebar. Menghiraukan satpam yang berteriak memanggil namanya dari jauh. Ada hal yang lebih penting dari mereka.
Sedikit mengenai Namjoon, seorang anak tunggal yang terlahir kaya. Dibalik itu ia adalah anak yang kesepian, selain karena kedua orang tua yang sibuk, ia juga tidak punya saudara kandung. Bukan hanya itu, ayahnya menaruh harap besar pada Namjoon, sehingga mimpinya untuk menjadi seorang musisi terancam. Ya, Namjoon seorang lelaki pendiam dan tidak peduli sekitar ternyata penyuka musik.
Namun sekarang tittle cuek Namjoon sudah lenyap bagi Seokjin. Seokjin satu-satunya orang yang membuat Namjoon menjadi seperti ini. Namjoon berpikir bahwa kehadiran Seokjin adalah tanda bahwa ia harus menolong pria malang itu. Kehidupan mereka yang berbanding terbalik membuat Namjoon memandang dunia lebih baik.
Awalnya ia iri pada Seokjin yang terlihat bahagia, bahkan bisa menutup telinga ketika orang-orang membicarakan hal buruk tentangnya. Ketika ia tahu sedikit kehidupan Seokjin, Namjoon mulai mengerti bahwa hidupnya sudah cukup buruk. Kata-kata mereka yang menjelekkan Seokjin tidak sebanding dengan kehidupan yang ia jalani. Namjoon adalah pengagum pria itu tanpa sadar.
Sesampainya ia di depan rumah Seokjin, Namjoon segera berlari keluar. Untungnya pintu rumah itu tidak dikunci sehingga Namjoon tidak perlu bersusah payah mendobraknya.
Ia meniliki setiap kamar dan ternyata semua kamar kosong hanya ada 1 kamar terakhir diujung dekat dapur. Ia yakin Seokjin berada disana. Tanpa ragu Namjoon masuk kedalam ruangan itu.
Hatinya berdesir kala punggung Seokjin nampak menjadi pemandangan pertama ketika ia masuk. Anak itu benar-benar gawat sampai tidak menyadari kehadiran Namjoon padahal ia cukup berisik sejak tadi.
Namjoon melangkah maju. Ia mendekat dan kini baju yang dipakai Seokjin tercetak basah oleh keringat. Tangannya memyentuh pundak sang pria.
"Seokjin?"
Rasa panas seketika terasa bahkan belum sempat menyentuh permukaan kulitnya. Pelan Namjoon membalikkan tubuh itu agar menghadapnya sempurna namun hal mengejutkan yang ia lihat.
Darah mengalir dari hidung Seokjin turun ke pipi sampai membasahi bantal putihnya.
"Jin? Kim Seokjin!?"
Namjoon berusaha menyadarkan Seokjin, ia memukul dada Seokjin berkali-kali. Namun mata itu enggan terbuka sementara deru nafasnya semakin cepat dan lemah.
Ia mengangkat kepala Seokjin menampa pipi itu sambil memanggil namanya berkali-kali agar bangun. Perlahan matanya terbuka.
"Akhirnya kau sadar. Kita ke rumah sakit sekarang!"
Namjoon tidak menunggu jawaban Seokjin walau sebelum meletakkannya di punggung, ia sempat menggeleng lemah.
Jawaban Seokjin tidak berguna, ia tahu anak itu akan menolak. Kini kondisi Seokjin sangat buruk, Namjoon bukan seorang Dokter, tapi siapapun yang melihatnya sekarang, akan berpikir hal yang sama seperti dirinya.
"Aku akan memukulmu kalau kau mati sekarang."
...
Yoongi kelabakan. Ketika ia sampai di rumah setelah menjemput sang adik, Jungkook justru mencari keberadaan Hyung tertuanya. Begitu juga Yoongi. Seokjin sedang sakit dan sekarang pria itu tiba-tiba menghilang tanpa jejak bahkan meninggalkan ponselnya di nakas. Parahnya, ia melihat bercak darah di beberapa tempat, Yoongi takut kalau-kalau itu milik Seokjin.
"Ugi Hyung.. Seokjin Hyung kemana.. kenapa tidak ada di rumah hiks.."
Jungkook menangis bahkan ia masih memakai seragam sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Seorang Kakak
FanfictionSeokjin yang hanya hidup bertiga dengan dua adiknya. Tanpa orang tua Bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Seokjin juga seorang pelajar yang menyambung hidupnya sebagai pekerja keras tulang punggung keluarga. Bukan hanya memikul kewajibannya se...