Yoongi memijat pangkal hidungnya, ringisan keluar dari mulut seolah menghempas semua keresahan yang tumpah semakin banyak.
"Yoon apa kau tidak punya cara lain?" Tanya Namjoon. Ia hanya ingin membantunya, dalam kasus ini Yoongi tidak bisa mengatasi semuanya sendiri, walau ia tahu Yoongi secara tidak langsung menjadi penuebab semua ini.
"Aku tidak tahu, apa aku harus menelpon mereka? Aku tidak yakin mereka akan menjawab."
"Coba saja."
Yoongi ragu, ia sudah memblokir semua nomor anggota yang ada di kontaknya. Mau bagaimana lagi, ia sudah kehabisa akal.
"Apakah dia mengangkat?" Tanya Namjoon ketika ponselnya menghubungkan pada salah satu nomor disana.
Ia menggeleng.
"Biar aku panggil polisi."
"Jangan!"
Namjoon heran dengan Yoongi yang berteriak. Ia justru gelisah ketika Namjoon hendak pergi keluar.
"Kenapa? Seokjin mungkin dalam bahaya," jawab Namjoon namun hatinya berkata 'Seokjin sakit, dia akan selalu dalam kondisi berbahaya'
"Mereka lebih cerdas, banyak hal kriminal lain yang tidak pernah tertangkap basah. Justru mereka akan menjebak atau mungkin menjadikan Seokjin sandra."
"Lalu bagaimana? Apa kau akan membiarkan mereka?"
Yoongi menggeleng "Aku akan pergi ke markas pusat. Namjoon Hyung sebaiknya pulang sebelum--"
"Tidak! Ayo tunjukkan arahnya."
...
Lelaki dengan status pemilik dan pembentuk sebuah klub gengster yang bertujuan untuk kesejahteraan anggotanya, dengan menggunakan segala cara agar mereka berjaya. Ingat SEGALA CARA. Dari mulai mencuri, mencompet atau merampok sudah mereka lakoni. Sampai dimana seorang anak lugu masuk diantara mereka, berkata bahwa dunia egois dan ia tidak mau sudi jika harus menderita sendirian.
"Padahal Yoongi alat yang bagus untuk menghasilkan uang," ucapnya sambil menghempaskan asap rokok ke udara.
Ia berdiri lalu naik ke tangga di ikuti dua pesuruhnya. Pintu besi dibukanya secara paksa, udara dingin rooftop langsung menerpa wajah ketiganya.
"Ya!"
Kakinya menendang sosok yang kini berbaring ke samping, tubuhnya meringkuk diatas kotornya rooftop.
Pria itu bergeming membuatnya perlu menendang beberapa kali sampai ia tersadar.
Ia berjongkok memandang rendah Seokjin dari sana.
"Aku hanya ingin mengatakn satu hal terakhir sebelum kau mati. Kau tidak akan berharap Yoongi datang menolongmu saat aku mengatakan hal ini."
Dari sana ia melihat mata Seokjin yang sudah terbuka. Terlihat jelas kala ia meneguk ludahnya yang haus dan bibir pucatnya yang bergetar menahan dingin.
"Yoongi datang padaku hampir 1 tahun yang lalu. Dia mengatakan bahwa ia muak tinggal denganmu."
Pupil matanya mulai membesar karena kalimat tadi.
"Lalu ia ingin bergabung disini. Tujuannya adalah agar ia hidup bebas dan tidak terus menerus hidup susah denganmu. Menyakitkan bukan? Kuharap kau tidak mengambil hati ucapan itu, bukankah lebih baik kau bertahan hidup disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Seorang Kakak
FanfictionSeokjin yang hanya hidup bertiga dengan dua adiknya. Tanpa orang tua Bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Seokjin juga seorang pelajar yang menyambung hidupnya sebagai pekerja keras tulang punggung keluarga. Bukan hanya memikul kewajibannya se...