30

940 143 21
                                    

Yoongi tidak mempedulikan Seokjin yang terus mengekorinya sampai di gedung. Langkahnya terus dipercepat agar Seokjin tidak menyusul. Ia berada jauh di depan Seokjin yang masih berjalan lunglai di koridor.

"Hah... hah... hah...."

Deru napas lelah darinya menjadi pengiring Seokjin agar sampai ke studi tempat Yoongi berada. Kakinya semakin lemas, tangan Seokjin meraba tembok sebagai penopangnya untuk berjalan.

Ia memegang dadanya yang kian sesak. Berhenti sejenak untuk menetralkan rasa sakitnya. Ia menutup mata, mengingat semua perkataan Yoongi yang membuat hatinya berdenyut nyeri.

Hal itu yang membuatnya kembali melangkah agar bisa menjelaskan semua pada sang adik. Ia tahu, Yoongi hanya salah paham dia tidak benar-benar berniat menyakiti hatinya.

Perlahan ia menurunkan tangannya, menegakkan tubuh kurusnya lalu berjalan lebih cepat. Menahan semua pukulan fana yang menyerang dari ujung kepala sampai kaki.

Ia membuka pintu perlahan, suasana ramai orang lalu lalang menyapa indranya namun hanya sosok Yoongi yang ia perhatikan.

Sang adik menatap matanya sekilas namun langsung berpaling tidak sudi menatap Seokjin balik. Ia melihat bagaimana Hyuna membantu Yoongi memakai pakaian namun pemandangan itu justru membuat Seokjin curiga, tatapan Hyuna bukan tatapan seseorang biasa.

"Yoongi.." ucap Seokjin menggapai Yoongi namun seketika Yoongi mundur.

"Yoon.."

Ia sama sekali tidak merespon Seokjin dan justru berbalik menuju layar besar yang menjadi latar belakangnya.

Seokjin hanya bisa melihat betapa anggun dan tampannya Yoongi ketika berekspresi di depan kamera. Ia berdiri disana tetap diam bahkan menolak ketika staff lain menyuruhnya melakukan ini itu.

"Jin ayo cepat bantu kami!"

Seokjin tidak menjawab.

"Sudah tidak butuh uang kau rupanya."

Seokjin diam. Ia memang sering mendengar ucapan mereka namun tidak berniat membalas, bukan sekali dua kali Seokjin diperlakukan kasar namun ia memilih fokus pada tujuannya yaitu Yoongi.

Yoongi mendengar, ia hanya diam dan tidak peduli.

Sampai pemotretan berada pada saat break, Seokjin langsung menghampirinya membawa sebotol air mineral dan membukakannya untun Yoongi.

"Ayo minum dulu. Hyung tau kau haus."

Yoongi menatapnya dengan tatapan intimidasi, ia tidak berniat mengambil minumannya namun tangannya justru reflek membuat botol itu jatuh sampai berceceran.

Seokjin kaget. Yoongi baru saja berlaku sekasar ini padanya.

"Sudahlah sana urusi saja mereka bukannya kau ingin uang?"

"Yoon, maaf tapi kau tidak mengerti."

Yoongi hendak membentaknya namun Hyuna datang dan menarik Yoongi "Sidah hiraukan saja."

Seokjin menggeram kesal saat bagaimana Yoongi pergi bersama wanita itu.

Entah, Yoongi tidak memahami dirinya sendiri yang berperilaku buruk terhadap Hyungnya namun ia merasa kecewa.

Sakit hatinya kala menyadari bahwa Seokjin tergila-gila pada uang.

"Seokjin cepat urus ini!" Ucap seseorang sambil melemparkan alat kebersihan tepat mengenai kepala Seokjin.

"Jangan risau, aku akan membayarmu haha..."

Seokjin ingin marah. Ia tidak mengerti bagaimana perusahaan ini berjalan tapi semuanya seolah sengaja melakukan ini agar Yoongi jauh darinya.

Terpaksa Seokjin membersihkan ceceran air yang tadi tumpah.

Yoongi melihat semuanya, wajahnya mulai murung namun ia tetap diam tidak membantu.



...



Sementara itu Namjoon berusaha keras menenangkan Jungkook yang menangis akibat kejadian tadi, lalu kini tertidur pulas akibat kelelahan. Terlihat jelas bahwa baru kali ini keduanya bertengkar hebat di depan si bungsu.

Namjoon ingin menyusul mereka tapi tidak mungkin ia meninggalkan Jungkook sendirian di rumah. Kalau membawanya juga tidak mungkin. Ia hanya bisa berdoa semoga Yoongi lekas sadar dan Seokjin baik-baik saja, walau ia tahu sejak kemarin Seokjin dalam kondisi buruk.







...







Yoongi tetap pada pendiriannya, mendiami Seokjin walau ia seharian mencoba mendekatinya. Seokjin selalu memberi perhatian lebih pada Yoongi dengan harap ia bisa berbicara baik-baik dengan sang adik. Di mulai dari menyiapkan makanan, menyeka keringat, membenahi baju bahkan selalu menanyakan apa yang Yoongi butuh.

Namun respon Yoongi, ia tetap diam seolah menganggap Yoongi tidak ada.

Seokjin menerimanya, ia tahu bahwa menjinakkan kucing yang sedang merajuk butuh waktu. Seokjin tidak apa, daripada harus bertengkar lebih baik ia menjadi air yang tenang.

Seokjin masih berdiri memerhatikannya, karena ia terlalu menuruti semua permintaan Staff waktu itu sampai menimbulkan kesalah pahaman seperti sekarang. Ia baru memberi perhatian lebih pada Yoongi. Sosok manager ternyata paling dibutuhkan, pantas saja Yoongi sampai marah.

Seokjin yang awalnya berdiri tegak kian bungkuk karena penyakit yang terus berontak menyuruhnya agar tumbang. Dengan kuat ia mencengkram meja rias yang jadi tumpuannya.

Yoongi menatap Seokjin, membuatnya tersenyum walau tak dibalas oleh si adik.

"Yoon, tunjukkan ekspresi yang seksi, bukan bersedih!" Teriak fotographernya pada Yoongi yang masih menatap Seokjin.

Ia baru sadar bahwa hidungnya terus mengucurkan darah. Pantas saja pandangan Yoongi tidak teralih darinya.

Seokjin melihat Yoongi berlari kearahnya menghiraukan teriakan photographer yang menyuruh untuk tetap tinggal. Yoongi semakin dekat namun kepalanya yang berat sudah tidak bisa ia tahan.

Seokjin jatuh. Ia pingsan sampai menimbulkan bunyi yang keras.

"JIN HYUNG!!"











To be continued...


Sama sama guys:*

Perjuangan Seorang KakakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang