Gerakan kaki yang bergetar ke lantai sejak satu jam tadi tidak kunjung diam. Matanya terus mengarah pada pintu IGD yang tertutup. Awalnya ia berada di dalam menyaksikan bagaimana Dokter dan Perawat mengeluarkan semua cairan aneh menggunakan selang yang masuk ke hidung Seokjin, Yoongi meringis kala wajah Seokjin begitu tersiksa karena benda itu.
Lalu mereka diharuskan untuk keluar karena takut memberikan pemandangan tidak menyenangkan. Wajah ngeri keduanya membuat para medis tidak tega.
Ketika pintu terbuka keduanya langsung berdiri menghampiri.
"Perutnya sudah dibersihkan, namun tetap saja beberapa sudah terserap ke seluruh tubuh karena terlalu lama overdosis obat ditambah dengan alkohol yang tinggi. Pasien akan sering kejang dan muntah-muntah. Jangan tinggalkan pasien sendirian, dan juga sepertinya pasien menderita anemia."
Mendengar kalimat terakhir, Namjoon langsung memalingkan wajahnya.
"Tapi Hyung saya baik-baik saja kan Dok?"
"Sejujurnya, Tidak. Tapi pasien bisa stabil asalkan dirawat intensif beberapa waktu."
Yoongi mundur. Ia merasa bersalah menjadi penyebab Seokjin seperti ini. Walau ia juga tidak mau semuanya terjadi namun andai saja, andai ia bisa kembali ke masa lalu mengulang semuanya mencegah semua ini terjadi.
"Kalian berdua masuk saja. Takut-takut kalau pasien sudah sadar."
Yoongi mengangguk kala bahunya ditepuk pelan oleh Dokter tersebut. Ia pun melangkahkan kaki masuk ke dalam melewati gorden hijau khas rumah sakit.
Ketika gorden terbuka, sosok Seokjin masih menutup mata dengan wajah yang pucat membiru. Tangannya terasa dingin kala ia genggam lembut. Keringat masih membanjiri wajah Seokjin sejak dua jam yang lalu.
Mata itu bergerak gelisah, kerutan dahinya kian dalam. Sampai Seokjin terbangun menutup mulutnya hendak memuntahkan sesuatu.
Yoongi menyadarinya langsung mengambil wadah yang berada di samping Seokjin, menadahkan mulut Seokjin yang tak henti mengeluarkan cairan dari perutnya.
"Hoek... hoek..."
Seokjin terus muntah walau tidak ada apapun selain cairan yang keluar. Tangannya meremas kuat ulu hati yang perih akibat terlalu sering memuntahkan sesuatu.
"Hyung.." ucap Yoongi lemah. Ia tidak tega melihat Seokjin yang seperti ini. Sementara Namjoon memijat tengkuknya agar merasa nyaman.
Seokjin mendorong wadah itu, lalu berbaring kembali. Matanya menatap sekeliling, dua orang disekitarnya kini memandang Seokjin dengan wajah sedih.
"Apa kau mau air?" Tawar Namjoon.
Seokjin menggeleng "Percuma, aku akan memuntahkannya lagi."
Ia nampak putus asa. Rasa sakit di perut dan sekujur tulangnya tidak bisa ia tutupi lagi. Tubuhnya bergetar menarik selimut naik kebawah dagunya, untuk menghalau rasa dingin.
Tangan Seokjin keluar, mencari tangan Yoongi untuk ia genggam.
"Maaf, Hyung belum bisa membahagiakanmu," ucap Seokjin dengan mata tertutup.
"Hyung akan berusaha membuatmu bertahan di rumah."
Yoongi menangis. Hatinya berkata mengapa Seokjin yang minta maaf? Ia yang salah disini, bukan Seokjin. Justru karenanya Seokjin harus tersiksa. Namun kenapa mulut itu enggan berbicara dan justru matanya yang tidak henti mengeluarkan air mata.
"Pulanglah."
Yoongi menengadah kala suara Namjoon terdengar.
"Jungkook sendirian. Biar aku yang menjaga Seokjin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Seorang Kakak
FanfictionSeokjin yang hanya hidup bertiga dengan dua adiknya. Tanpa orang tua Bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Seokjin juga seorang pelajar yang menyambung hidupnya sebagai pekerja keras tulang punggung keluarga. Bukan hanya memikul kewajibannya se...