Menetap disini tidak buruk untuk Namjoon, daripada harus berada di rumah sendirian, sepi dan hanya ada suara detik jam menemani. Sejak sore tadi ia mengompres Seokjin yang kini masih tidak sadarkan diri di sofa. Begitu pulasnya ia terlelap membuat Namjoon keheranan. Bagaimana manusia bisa tidak sadarkan diri selama 3 jam? Bukankah ini cukup berbahaya? Ditambah suhu tubuh yang tinggi membuatnya agak takut.
"Hyung.."
Suara anak kecil membuat Namjoon menoleh. Jungkook berjalan sambil mengantuk dengan membawa boneka kelinci menghampiri Namjoon.
"Hyungie bangun, kerja.."
Namjoon hanya diam menatap Jungkook yang tidak menyadari kehadirannya, efek mengantuk mungkin.
"Yuung.. ireona pallii.."
"Jungkook-ah?"
Jungkook menoleh mengucap matanya yang berair.
"Tidur lagi ne? Jin Hyung sedang sakit."
Entah kenapa berada di dekat anak kecil membuatnya bersifat lembut tiba-tiba. Padahal jika ia biasa di rumah ia juga dingin seperti yang lain.
"Nanti Hyungie marah kalau tidak dibangunkan."
"Dia tidak akan marah. Sudah, ayo Hyung antar ke kamar."
Namjoon bangkit dari tempatnya lalu mengajak Jungkook untuk kembali. Ia membantunya naik keatas ranjang yang ternyata cukup tinggi.
"Selamat tidur Namjoon Hyung," ucapnya sebelum menutup mata lagi.
"Ne, selamat tidur."
Namjoon lalu bergegas keluar kambali ke ruang tamu dimana Seokjin berada. Belum sampai disana, Seokjin sudah tidak berbaring dengan kain hangat, melainkan sudah berada di posisi duduk bersandar di tembok.
"Jam berapa sekarang?" Tanya Seokjin masih menutup mata.
"Jam 8. Tidur lah lagi akan ku siapkan makanan."
"Tidak usah. Namjoon pulang saja ini sudah malam."
Ucap seorang yang baru sadar dari pingsannya selama 3 jam. Ia terbangun seolah tidak terjadi apa-apa sementara Namjoon tadi panik hampir membawanya pergi ke rumah sakit.
"Apa aku boleh menginap disini?"
"Ha?"
"Kau sedang sakit. Jika aku pergi dan kau pingsan lagi maka siapa yang akan menolongmu?"
Seokjin langsung tertawa sampai air matanya menetes "Ya, tenang saja. Aku sudah baik-baik saja sekarang. Jika kau mau menginap silahkan tapi aku harus pergi bekerja."
"Mwo? Kau bekerja? Seokjin kau baru saja sadar dari pingsanmu."
Seokjin tidak jadi tertawa lagi karena ucapan Namjoon yang terdengar serius. Ini pertama kalinya ada seseorang yang khawatir akan keadaannya.
"Santay saja. Aku sudah jauh lebih baik. Terimakasih sudah merawatku."
Namjoon tidak percaya, ia langsung meletakkan punggung tangannya ke dahi Seokjin. Ia menghela napas dan mengambil termometer yang ia temukan di laci milik Seokjin. Dengan cepat ia memasukkan benda itu kedalam mulut si lelaki.
"Tubuhmu masih panas."
Jin menatap heran Namjoon yang begitu cekatan merawatnya. Ia mengerjap kagum, tidak percaya.
"Ini berlebihan--"
"Diamlah!"
Seokjin langsung nurut. Entah nada itu sekarang terdengar menyeramkan. Sambil menunggu hasilnya, Namjoon mengambil tas dan mencari sesuatu di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Seorang Kakak
FanfictionSeokjin yang hanya hidup bertiga dengan dua adiknya. Tanpa orang tua Bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Seokjin juga seorang pelajar yang menyambung hidupnya sebagai pekerja keras tulang punggung keluarga. Bukan hanya memikul kewajibannya se...