3

1.9K 261 10
                                    

Pagi yang indah menjadi penyemangat bagi Jungkook untuk berangkat ke taman kanak kanak. Ia juga sudah memakai sepatunya dengan benar. Tinggal menunggu Seokjin keluar dari rumah dan mengantarnya menuju sekolah.

"Hyung cepaatt," teriaknya dari luar.

"Ais sebentar Hyung harus mematikan listrik dulu."

"Hyung lamaa."

Seokjin menghiraukan teriakan Jungkook. Ia bergegas menyelesaikan tugasnya dan membawa sepeda keluar rumah dengan menggendong tas ransel dipundaknya.

"Ayo naik," titah Seokjin ketika ia sudah berada di halaman rumah dengan bertengger sempurna diatas jok sepeda.

Merasa tidak ada jawaban, Seokjin menoleh "Ayo!!" Ajaknya lagi.

Bukannya menjawab Jungkook malah menggerutu sebal.

"Hyung aku tidak bisa naiik."

"Ah iya Hyung lupa. Sini sini hyung gendong," Seokjin sedikit meledek melihat adiknya yang tersinggung karena masih kecil. Walau demikian Jungkook tetap mau digendong olehnya, sekarangpun mereka sudah siap di posisi untuk berangkat.

"Hyung pelan-pelaan," teriaknya ketika Seokjin dengan kecepatan penug mengayuh sepeda membelah jalanan sampai Jungkook mengeratkan pegangannya. Sementara ia hanya tersenyum senang menjahili sang adik.






...





Hari ini bukan hari yang Namjoon suka, hari dimana pembagian nilai hasil Ujian yang telah mereka lalui satu minggu yang lalu. Alasan mengapa ia benci adalah karena nilai yang ia miliki pasti tidak sebagus milik Seokjin. Namjoon iri? Tentu. Bagaimana tidak? Seokjin yang sehari-hari tidur dikelas bahkam sulit untuk diajak mengerjakan tugas kelompok, begitu mudahnya ia mendapat nilai yang memuaskan. Bagi Namjoon itu tidak adil.

"Urutan nilai terbesar masih sama seperti yang kemarin. Tidak ada perubahan. Saya harap kalian semua bisa meningkatkan prestasi dan memiliki jiwa kompetisi yang baik," ucap Seorang wali kelas yang kini berdiri di depan Siswa Siswi disana.

"Sstt.. pasti si Seokjin itu menyontek pada Namjoon."

"Iya. Pantas saja ia selalu dapat peringkat."

"Harusnya Namjoon yang juara. Bukan lelaki aneh itu."

"Kasian Namjoon, dia yang harusnya mendapat peringkat malah direbut orang lain."

Bisikan-bisikan mereka terdengar jelas oleh telinga Namjoon. Ia melirik Seokjin disampingnya, ia tidak menggubris semua yang diucapkan oleh mereka karena Namjoon rasa, Seokjin sudah muak. Bisa terlihat dari guratan wajahnya.

Walaupun Namjoon merasa tidak adil karena Seokjin yang berada diatasnya, tapi ia tidak membenarkan ucapan mereka. Seokjin murni mengerjakan semua soal sendirian tanpa bantuan dirinya, Namjoon juga berada di urutan absen yang jauh dari Seokjin, tidak akan mungkin kalau ia menyontek ketika ujian.

"Apa kau tuli?" Tanya Namjoon.

Seokjin yang awalnya mencoba cuek pun menoleh pada Namjoon dengan wajah heran.

"Maksudmu?"

"Mereka menuduh dan mengatalan kau mencontek. Apa kau tuli?"

"Ah itu, kurasa aku juga kalau jadi mereka akan berpikiran begitu. Apa aku perlu pindah bangku?"

Seokjin tahu semua orang di kelas membencinya, tidak terkecuali Namjoon hanya saja mereka terpaksa terjebak satu sama lain karena kehabisan bangku kosong.

Perjuangan Seorang KakakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang