Di sebuah mobil dengan fasilitas super di dalamnya. Yoongi duduk dengan nyaman, disampingnya terdapat air mineral dengan desain yang asing namun terlihat mewah.
"Bagaimana? Apa kau akan menolak lagi?" Tanya seorang wanita yang duduk bersebelahan dengannya. Perempuan dengan kacamata hitam dan dress diatas lutut berwarna putih tulang membuatnya terlihat anggun.
"Aku masih harus sekolah."
Wanita itu tersenyum menampilkan gigi mengkilatnya, bingkai lipstik merah semakin menegaskan binar disana.
"Kau masih bisa sekolah. Aku akan membebaskan jam kerjamu. Ambil ini. Oh iya jangan lupa jika kau menerimanya, kurasa kau harus punya manager terutama dari anggota keluargamu sendiri untuk mempermuah pekerjaan kita."
Perempuan itu menarik tangan Yoongi memberi map berisi surat persetujuan rekan kerja.
"Kau harus memikirkannya. Kami akan membuka pintu untukmu, tampan."
Yoongi bergidik geli "Iya akan kupikirkan, aku harus pergi."
Segera ia keluar dari mobil itu dengan map di tangan kanannya. Ia menghela napas.
"Wanita itu menyeramkan," ucapnya. Namun hati Yoongi sedikit terpacu oleh penawaran yang dia berikan.
"Apa aku memang tampan? Hmm.. kalau dilihat-lihat lumayan juga."
Yoongi berbicara sendiri dengan kaca mobil hitam yang terparkir sembarangan. Ia jadi ingat dengan tawaran mahal yang akan ia terim a hanya dengan berpose di depan kamera.
Ya, Yoongi ditawari untuk menjadi model. Ia tidak mengerti model apa yang akan ia ambil tapi melihat dari penampilan wanita tadi, sepertinya ia seorang pemilik brand ternama. Bukan brand Yoongi, tapi dia adalah direktur pembuatan foto model katalog yang terkenal. Tidak hanya 1 brand saja yang ia tekuni tapi banyak brand mahal juga yang percaya dan bekerja sama dalam pembuatan majalah, foto katalog dan iklan.
...
"
Bagaimana?"
Seokjin menghela napas. Ia kesal dengan Namjoon yang hanya duduk manis di atas kasur sambil memerhatikannya yang kini mengerjakan PR milik Namjoon.
"Kau bilang akan memberikanku pekerjaan. Kenapa malah aku disuruh membuat PR mu?"
"Ya memang ini pekerjaanmu."
"Apa!? Kau kan pintar, tidak perlu dibantu mengerjakan tugas mudah ini."
"Tenang saja Seokjin, aku membayarmu. Kau hanya perlu menuruti apa mauku."
"Sepertinya aku lebih mirip seorang pembantu."
Seokjin kesal namun ia tetap mengerjakannya. Namjoon langsung membawa Seokjin ke rumah ketika mereka pulang sekolah, ia tidak mengijinkan Seokjin bahkan sekedar bekerja di tempat milik Ken.
Possesif. Satu kata menggambarkan sifat Namjoon yang baru ia tahu. Ia pikir menganggapnya sebagai adik tidak buruk. Walau banyak rasa tidak enak dibenaknya.
"Karena kau meganggapku sebagai saudara, bagaimana kalau memanggilku dengan sebutan Hyung?"
"Tidak. Kau yang harus memanggilku dengan Hyung."
"Ya! Kenapa sekarang kau menyebalkan? Tidak. Aku yang Hyung disini."
Namjoon menghela nafas. Mengejek dan menggoda Seokjin adalah hal baru yang kini menjadi hobinya.
"Wah rumah Namjoon Hyung besaaaarr sekali."
Tanpa salam tanpa aba-aba, Jungkook masuk ke kamar Namjoon sambil berteriak mengatakan rumahnya sangat besar sambil membentangkan kedua tangannya di udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Seorang Kakak
FanfictionSeokjin yang hanya hidup bertiga dengan dua adiknya. Tanpa orang tua Bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Seokjin juga seorang pelajar yang menyambung hidupnya sebagai pekerja keras tulang punggung keluarga. Bukan hanya memikul kewajibannya se...