07

4.9K 407 8
                                    



happy reading guys


🤍




















Altar dan dira sudah dalam perjalanan pulang, suasana mobil hening,keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

makan malam ini sama sekali tidak menjadi sebuah hiburan bagi dira,tapi malah sebaliknya. ia pikir malam ini akan menjadi malam penghapus stress dan kebosanannya selama seminggu ini,namun nyatanya sama tidak sama sekali.ia malah menjadi semakin stress karena malam ini.

dira melirik ke sebelahnya,altar sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun,benar-benar datar,dira memberanikan diri untuk membuka pembicaraan.

"mass" panggil dira terlebih dahulu.

altar hanya merespon dengan menaikan kedua alisnya.membuat nyali dira semakin menciut namun ia mencoba untuk tetap tenang.

"kamu masih marah ya sama aku?".Dira membuka pembicaraan.

        
2 detik,5 detik,10 detik,tidak ada jawaban,hal ini membuat dira memutar tubuhnya menghadap ke arah altar.

dira menghela nafas beratnya.

"Mas please.....,jangan diem gini".ujar dira dengan wajah memelas.

"aku janji aku ga bakalan nanya yang engga-engga lagi"

Altar melirik dira sekilas,lalu kembali fokus menyetir.tidak ada niat sedikitpun untuk mengeluarkan suaranya.

"Ya sudah gini aja".funak dira mendapatkan sebuah ide.

"aku mau cerita.kamu dengerin yaa,setidaknya dengan aku cerita suasana jadi ga hening,kan serem hehe."dalam hitungan detik wajah dira lansung berubah menjadi datar kembali karena melihat altar yang tak sama sekali mengubriksnya.

untuk kesekian kalinya dira menghela nafas beratnya.dengan harapan usahanya akan memiliki hasil.

"Jadi dulu itu,waktu aku di pesantren,aku punya sahabat".dira memulai ceritanya.

 "kami itu deketttt banget,namanya ica."dira menjeda ucapannya selama beberapa saat,Tiba-tiba dadanya terasa sedikit sesak.

"hmm jadi sedih ingatnya".dira sedikit tersenyum hambar,senyum yang memiliki beribu kesedihan dibaliknya.

dira menundukkan kepalanya sambil memainkan jemarinya.entah mengapa dari banyaknya cerita yang ia punya,cerita ini yang menjadi pilihannya saat ini.

"sahabat aku itu,dia baaaik banget.dia,temen pertama aku yang aku punya di pesantren."dira menjeda setiap kalimatnya.

"dia itu selalu ada buat aku"

"kami selalu bareng kemanapun"

"dia anak yatim piatu,cuma hidup sama kaka lelakinya,aku saayangg banget sama dia".dira tetap bercerita walaupun kelihatannya altar sama sekali tidak meresponnya namun ia tau bahwa kuping altar masih tetap mendengar.

"ayyas,itu nama kakanya ica.tapi sekarang udah gaada,ka ayyas udah meninggal di tahun yang sama kami lulus dari pesantren".

"dan yang paling sedihnya,sekarang aku kehilangan ica,aku gatau dia dimana sekarang."

lagi dan lagi helaan nafas berat keluar.

"hubungan kami sangat baik ketika di pesantren, tapi tidak dengan sebulan terakhir kami di pesantren.waktu itu dia malah marah besar sama aku,dengan sebuah alasan yang menurut aku cukup rumit untuk diselesaikan"

Sekedar TitipanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang