13

4.1K 295 27
                                    

Happy reading guys🥰

Semoga kalian gak bosen😄

Support aku terus ya😘

















Setelah melaksanakan shalat insya, Dira memilih untuk keluar dari kamarnya, ia sudah tidak sanggup lagi untuk tetap berada di dalam kamarnya hanya untuk berbaring,membosankan, hanya itu yang ada dalam pikirannya.

Seiring dengan Dira kuar dari kamar, ternyata altar juga ikut dibelakangnya, Dira menoleh ke belakang.

"Mau kemana? " Tanya altar sambil menutup pintu kamarnya.

"Kesitu" Tunjuk Dira ke arah ruang santai dengan kaki yang terus melangkah.

Dira duduk di sofa, lalu menghidupkan TV dengan remote, mencari siaran yang pas untuk menghiburnya.

Altar ikut duduk disampingnya.

"Kenapa? " Tanya Dira saat menyadari bahwa altar sedang memerhatikannya.

Altar tidak menjawabnya, ia masih tetap dengan posisi awalnya, jelas saja dengan pikiran yang sebentar lagi akan ia tumpahkan.

Dira membalas tatapan altar dengan menyipitkan matanya, pertanda ia bingung.

"Kamu kenapa bisa gini? "

Dira menatap altar malas karena pertanyaan yang dilontarkan sangat tidak sinkron dengan wajah suaminya itu.

"Ya mungkin karna aku kecapean,badan aku lelah kar__"

"Bukan, bukan gitu maksudnya" Potong altar.ia memijit pangkal hidungnya.

"Maksud aku" Altar mengecilkan volume TV

"Kamu itu, kenapa bisa se welcome ini sama aku, padahalkan awalnya kamu mati-matian nolak pernikahan ini, tapi kenapa sekarang jadinya enteng-enteng aja buat kamu?

Dira menaikkan kedua alisnya, ini adalah pertanyaan paling serius yang pernah ia dengar dari mulutnya altar.

Dira menahan dirinya untuk tidak tertawa, ekpresi altar benar-benar terlihat lucu di matanya.

"Mas seriusan nanya? " Dira menompang kepalanya dengan tangan tangan kanannya, dengan posisi sedikit berbaring ke arah sofa, tak lupa dengan kaki yang ia silang.

"Aku serius" Jawab altar tanpa ekspresi.

Dira tidak lansung menanggapinya, membuat altar sedikit geram.

"Iya iya, aku jawab" Dira melebarkan senyumnya.

"Sebenarnya, sebum aku bilang jawaban ke ummi malam itu, aku udah duluan yakin, karena aku ini perempuan"

Jawaban Dira membuat kening altar berkerut.

"Hah"

Melihat ekspresi altar yang kebingungan, tangan Dira spontan bergerak mengelus pipi kanan altar.

Altar sedikit terhenyak namun sebisa mungkin menjaga ekspresinya.

"Jadi gini mas, hati perempuan itu lembut, mudah untuk ditaklukkan daripada hatinya laki-laki"

Altar mendengarkan Dira dengan serius.

"Hati perempuan itu mudah luluh, coba deh mas mikir, kenapa perempuan itu boleh kalau dinikahkan tanpa persetujuan dirinya? "

Altar menaikkan sebelah alisnya

"Ya karna, hati perempuan itu PASTI akan luluh" Dira menekankan kata pasti.

Mata altar tidak berpindah sedikitpun dari menatap Dira, berbeda dengan Dira yang terus saja memutuskan kontak mata setelah 5 detik

"Menurut survei, perempuan bakalan luluh dalam setahun dua tahun pertama, tapi.... " Dira menggantung ucapannya, tangannya kembali reflek mengelus pipi altar, ia terlalu geram dengan wajah itu.

Sekedar TitipanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang