08

4.8K 379 18
                                    


Happy reading guys!!

Semoga terhibur🥰

Semangat puasanya😀😀


                                                        "Terkadang  pura-pura  gak  tau  itu     menguntungkan"

      

Dira mempercepat langkahnya, tidak peduli dengan altar yang terus memang gili namanya, ia turun melalui tangga darurat menuju lantai bawah, berjalan menuju parkiran.

     "Dira! ! " Suara altar sama sekali tidak membuat Dira menghentikan langkahnya.

       Tittttttt

     "Dira!" Altar menarik Dira kearahnya.

     "Jalan pake mata dong mba! " Tegur si pemilik mobil.

     "Iya Pak maaf" Bukan Dira yang menjawabnya, melaikan altar.

     Altar menatap Dira tajam, bagaimana bisa ia jalan tanpa melihat ke arah sekitarnya, jika saja dirinya telat makan entah apa yang akan terjadi terhadap Dira.

     "Kamu ini kenapa sih, kamu gak perlu lari kayak gini, hampir aja kan"

     "Kalau sesuatu terjadi sama kamu gimana, mau bilang apa aku sama bunda"

      Dira melepas tangannya dari cengkraman altar, ia bersidekap, pandangannya lurus,tidak mau membalas tatapan altar.

      "Aku bisa jelasin, ini semua gak sama dengan yang kamu pikirin"

       Altar merangkul bahu Dira, menuntunnya untuk jalan di sampingnya.

      "Kita makan dulu, aku laper"

     Dira hanya menuruti, ia tetap diam, membiarkan altar membawanya ke sebuah tempat makan, mereka duduk berhadapan.

       "Mau pesan apa? " Tanya Altar kepada Dira.

       "Coppucino" Jawab Dira singkat.

        "Gak mau makan? "

       "Ngak, ngak laper" Jawab Dira ketus.

      "Mba nasi gorengnya dua, copoucino nya juga dua" Ujar altar pada sang pelayan.

       Dira tetap konsisten dengan raut mukanya, pandangannya ia sibukkan dengan melihat kesekelikingnya.

       "Diraa" Panggil altar lembut.

       Dira membalasnya dengan menatap altar.

      "Jadi gini, tadi itu bukannya aku gak nganggap kamu, tapi aku punya alasan kenapa aku harus jawab gitu"

      Dira mencoba fokus untuk mendengarkan altar.

      "Tadi itu bian, dia kawan aku, nah jadi dia itu lupa aku undang waktu acara kita, jadi kalau tiba-tiba dia tau aku nikah tanpa ngundang dia, pertemanan kami bisa terancam"

      Dira menaikkan satu alisnya, tidak puas dengan jawaban yang diberikan altar.

      "Kurang logis, ada yang lain"

       Altar menghela nafasnya berat.

      "Aku udah jujur, aku gak bohong, memang itu alasannya"

       Dira menatap altar dengan tatapan mencurigakan, menurutnya itu bukanlah sebuah alasan yang pantas, lagian ini bukanlah sebuah masalah besar, altar bisa saja jujur dan meminta maaf kepada kawannya tersebut.

Sekedar TitipanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang