09

4.7K 361 12
                                    

Jangan lupa vote teman-teman!!

Harus follow juga yaa🤠

Semoga kalian terhibur.

Saran untuk cerita?

"Dan pada akhirnya tidak ada usaha yang berujung sia-sia, tetap hargai walau jadinya hanya sebulir pasir"

Belakangan ini Altar dan Dira disibukkan oleh tugas mereka masing-masing, jika Dira sibuk dengan kuliahnya, maka altar juga bisa dibilang sangat sibuk dengan kerjaannya.

Namun walaupun altar disibukkan oleh kerjaannya altar tetap tidak lupa menjaga Dira, ia menjaga Dira dengan sangat baik, bahkan untuk antar jemput Dira saja altar selalu saja menyempatkan dirinya, hal ini tentu saja membuat Dira jatuh semakin dalam kepada altar, caranya memperlakukan Dira sungguh sangat menghormatinya.

Namun yang semakin membuat Dira bingung,altar bisa saja tiba-tiba merubah, ia bisa saja tiba-tiba marah, dan itu yang membuat Dira kualahan, sesuatu yang dirinya anggap biasa saja namun terkadang lelaki tersebut tidak menganggapnya seperti.

Dira memainkan pulpen yang ia pegang, rumah tangganya dan altar sudah berlansung satu bulan, namun dirinya tetap belum bisa menguasai sifat altar.

Dira menghela nafasnya berat, ia menerus akan urusannya dengan laptop yang ada didepannya ini, padahal ini baru permulaan, namun tugas yang ia dapatkan begitu banyak.

"Dira" Altar tiba-tiba muncul dari balik dinding, Dira sedikit terkejut namun ia bisa menyembunyikannya.

Altar berjalan ke arah tempat tidur dan duduk disana, ia merebahkan dirinya.

Dira membikkan badannya agar menghadap altar.

"Kenapa mas? " Tanya Dira yang memerhatikan wajah lelah tersebut.

5 detik mereka hanya bertatapan, Dira yang pertama memutuskan kontak mata.

Altar beralih duduk, ia menghela nafas beratnya sebelum menjawab.

"Tugas kamu masih banyak?" Tanya altar sambil lirik laptop Dira.

"Tugasnya banyak, tapi aku udah siap mas? " Jawab Dira lalu tersenyum.

"Besok kamu bisa ke Surabaya gak? "

"Untuk apa? " Tanya Dira heran.

"Saya ma_ cck, aku mau ketemu ummi, bunda juga,sekalian ke makam abi juga, yaa intinya orangtua kita lahh"

Dira menahan senyumnya, ekpresi altar terlihat lucu, efek jarang bicara akhir-akhir ini karena sibuk, altar sampai terbawa bicara dengan kata 'saya'

"Kok mendadak? " Tanya Dira menetralkan raut wajahnya.

"Mendadak ya? " Tanya altar ulang.

Dira menaikkan kedua alisnya.

"Sebenarnya gak dadakan sihh, tapi emang lagi waktunya aja"

"Lusa peresmian hotel baru, jadi aku mau minta do'a dari mereka"

"Peresmian hotel baru, lah kok udah siap aja sih mass, perasaan baru mulai, wahhh" Mata Dira seketika berbinar.

Detik selanjutnya Dira bangkit dari kursi yang ia duduki, dan mulai melakukan tari balet ala-ala dirinya, mulutnya juga ikut berperan mengalunkan nada tidak jelas yang terdengar sedikit menarik.

"Ne..... Ne...... La...... SURABAYAA I'AM COMING...... ".Dira berteriak

" Heh! "Altar menarik tangan Dira membuat Dira seketika diam.

" Gak usah berlebihan"tegur altar lalu merebahkan dirinya di atas kasur.

"Kamu gimana sih mas, aku lagi senang, dan ini ekspresi dari kesenangan aku, yuhuuuu" Dira memulainya lagi.

Sekedar TitipanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang