14

3.9K 312 9
                                    


Happy reading guys🥰
















Tepat setelah magrib, akhirnya Altar tiba di rumah, seharitadi ia tidk bisa tenang, ia terus saja memikirkan dira, sambil berharap bahwa dira tidak menonton live acara tersebut.

Altar sedikit ragu untuk masuk, ia tidak berani untuk mengetuk pintu.

Cek lek

Pintu terbuka,menampakkan dira dengan senyum lebarnya.

Altar mematung, rasanya campur aduk, dari raut wajah dira, ia tidak bisa menyimpulkan apapun, karena dalam berekspresi, dira sangat ahli.

"Masuk mas" Ucapan dira membuat altar sadar dari lamunannya.

"Iya" Jawab altar sedikit ragu.

Altar melangkah masuk, dengan dira yang berjalan di depannya.

"Mau makan dulu atau mandi? " Tanya dira tampa melirik.

"Mandi"

Dira menganggukkan kepalanya dan berjalan ke arah meja makan yang telah dipenuhi dengan makanan.

Altar masih terus menebak dari ekspresi dira, namun ia tetap saja tidak bisa menemukannya.

"Kamu udah sembuh? " Tanya Altar.

Dira menyentuh keninggnya,

"Udah, aku udah sembuh"

Altar berjalan ke arah dira, berniat memastikan apa yang dikatakan dira.

Dira menghindar kalau tangan altar hendak menyentuh keningnya.

"Udah, aku udah sembuh mas" Ekspresi dira berubah.

"Udah mas mandi aja sana, biar kita bisa cepet makan ,aku laper"ujar dira sedikit ketus.

Altar mencerna situasi, dira tidak pernah seperti ini sebelumnya.

Semoga saja dira seperti ini karena laper, bukan karena live tersebut.

" Udah sana, ck"dira berdecih.

Kali ini altar paham bahwa mood dira sedang tidak baik-baik saja, daripada dira semakin menjadi-jadi, altar memilih untuk lansung minggat ke kamarnya.

Altar memasuki kamar dengan suasana hati yang sangat kacau, ia tidak sengaja melirik ke arah kamar dira.

Ia sedikit terhenyak kalau melihat beberapa benda yang berserakan di lantai.

Kakinya lansung melangkah ke arah tersebut.

Dan ternyata, yang ia lihat tadi baru setengahnya. Kondisi kamar dira benar-benar brantakan, ia sama sekali belum pernah melihat pemandangan ini sebelumnya.

Jantungnya berdegub kencang, firasatnya sudah tidak bisa dipatahkan lagi, dari semuanya, ia bisa menilai bahwa dira menonton live tersebut.

"Astagfirullah" Lirih altar.

Ia menyapu rambutnya ke belakang, rasa bersalahnya mulai menghantui dirinya.

"Ngapain disini? "

Altar menoleh ke sumber suara, ia mematung untuk beberapa.

"Dira ka__"

"Mandiiiiii" Ucapan altar terpotong karena dira lansung menariknya pergi.

Dira menarik altar hingga ke kamarnya.

"Mas ngapain  ke kamar aku sihhh, kan jadi ketauan aku aslinya gitu" Dira berkacak pinggang, memberikan altar tatapan kemarahan yang dibuat-buat.

Membuat dira terlihat seperti anak kecil yang sedang marah.

Sekedar TitipanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang