Happy reading guys, tetap support aku dengan vote dan komen kalian🤠🤠
Komen yang banyak ya😀
"Mau sebaik apapun aku, jika kamu tidak suka, ya akan selalu jadi iblis di mata kamu, walaupun orang-orang menganngapku sebagai malaikat tampa sayap"
× Titalia Anandira ×
"Maaf" Lirih altar
Pendengaran Dira dapat menangkap hal tersebut.
"Untuk apa? " Tanya Dira yang tangingisnya mulai mereda.
"Untuk semua air mata yang kamu tumpahkan"
Dira merenggankan pelukannya, menatap altar yang juga menatapnya, kedua alis Dira bertaut, pertanda ia bingung. Namun di detik selanjutnya ia malah menarik bibirnya sehingga berbentuk sebuah senyum.
"Gak nyambung" Dira sedikit menjauh dari altar, lalu menyapu kedua pipinya dengan lengan piamanya yang panjang.
Hening
Keduanya diaibukkan dengan pikirannya masing-masing, sampai akhirnya Dira lah yang memecahkan keheningan tersebut.
"Udah, aku mau lanjut cerita, pokoknya mas harus dengerin, tanggung jawab, mas sendiri yang minta cerita, jadi harus dengar sampai akhir" Ujar Dira dengan nafasnya yang belum stabil karena menangis.
Altar menganngukkan kepalanya untuk mempercepat, lalu mencari posisi ternyaman untuk duduk, yaitu dengan menyenderkan kepalanya ke kasur.
"Sampe mana tadi mas ceritanya? " Tanya Dira yang tiba-tiba saja lupa dengan ceritanya.
Altar menghela nafasnya berat, ini sangat sering terjadi jika Dira sedang bercerita, jika ada sesuatu yang menghalang ceritanya, maka seketika ia bisa lupa dengan apa yang baru saja ia katakan.
"Sampe ica datang" Ujar altar dengan wajah datarnya.
Seketika mata Dira lansung berbinar karena kembali mengingat alur ceritanya, namun di detik selanjutnya, ia mengulum bibirnya, mengingat betapa mengerikan cerita lanjutannya.
Dira memejamkan metanya, "harus kuat, harus bisa, lo bukan pembunuh" Ujar Dira menguatkan dirinya.
"Ok, jadi setelah ica datang dang mengungkapkan semua sempah serapah nya, di situ kak ayyas main"
"Kak ayyas belain aku, dia bener-bener marah sama adik perempuannya itu, dan untuk pertama kalinya di tempat itu, aku liat kak ayyas marah"
"Dan tentunya aku kaget banget mas, secara, kak ayyas yang aku kenal itu gak kayak gitu"
"Disitu aku udah gak bisa berkaca-kaca lagi, aku hanya bisa nangis, sambil liat dia saudara itu berantem hebat, ica juga sampe nangis karena baru pertama kali di bentak dan dimarahin kakaknya"
"Disitu aku rasanya campur aduk mas, antara marah, kesel, malu, ngerasa bersalah, campur aduk deh pokoknya"
Dira mengangkat kedua tangannya ke udara. Ekspresinya bercerita benar-benar menunjukkan berapa mengerikannya cerita tersebut baginya.Sementara altar, ia masih tetap dengan posisi semula, seluruh organnya begitu mendukung dirinya untuk mendengarkan cerita tersebut.
"Suasana semakin memanas ketika kak ayyas akhirnya nampar ica, karena dia terus-terusan ngejelkin aku. Disitu kak ayyas bener-bener beda, bukannya nenangin adiknya, tapi kak ayyas malah narik tangan aku"
"Waktu itu aku terlalu ngeblank untuk ngelawan, jadinya aku ikut, sedih banget liat ica mas" Dira memasang puppy eyes nya.
Dira diam untuk beberapa detik, lalu kembali melanjutkan ceritanya, namun dengan mata yang kembali berkaca-kaca.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekedar Titipan
Ficción GeneralPesan orang-orang, jangan pernah mau berurusan dengan orang yang belum selesai dengan masa lalunya, namun bagaimana jika dua orang seperti itu bersatu. Altar dan Dira, dua orang yang sama-sama masih terikat dengan masa lalunya yang mencoba untuk be...