39. OLAHRAGA

7.7K 1K 139
                                    

Melati buru-buru turun dari taksi dan berlari ke kantor Bima. Jika ini bukan ulah Vega tidak akan sudi ia datang malam-malam kesini.

Bima mengerutkan keningnya ketika menonton video yang baru saja dikirim Vega. Apa ini beneran Melati?

Bima mengepalkan tangannya kuat, wanita yang selama ini ia puji dan banggakan ternyata seperti ini?

"Sayang kamu–" Melati masuk keruangan tanpa mengetuk pintu dahulu. Bima memundurkan langkahnya, menjaga jarak.

Dengan tatapan nyalang Bima memandang Melati dari atas sampai bawah. Mencium aroma alkohol darinya.

Melati terkejut dengan video yang Bima putar diponselnya.

"Sayang aku bisa jelasin, ini nggak seperti apa yang kamu lihat."

"Lo habis ke bar? Dengan cowok ini? Gue nggak salah lihat kan?" Bima menunjuk lelaki yang tengah mencium Melati pada video itu.

Terdiam sebentar, lelaki ini bahkan tidak pernah berbicara menggunakan 'lo-gue', ia selalu bersikap manis.

Kedua mata Bima tersirat kekecewaan.

"En-enggak! Ini nggak bener! Vega fitnah aku! Aku...aku dipaksa minum sama cowok itu dan aku nggak sadar akan hal itu. Kamu percaya sama aku kan?" mata Melati berkaca-kaca, ia meraih tangan Bima namun lelaki itu menepisnya.

"Bulshit!"

"Sumpah! Aku difitnah sama Vega, kamu tau kan adik kamu itu nggak pernah suka sama aku. Dia terus-terusan nyari kesalahan aku."

"Semua yang gue berikan sama lo masih kurang? Sampai lo mau digituin cowok lain?!" Bima berbicara dengan nada tinggi. Baru kali ini ia marah kepada Melati.

"Ini salah Vega, dia itu sebenarnya tau kalau aku dipaksa minum-minum sama cowok itu tapi Vega nggak mau nolong aku."

"Sayang...kamu percaya kan sama aku? Kita udah pacaran 2 tahun, masa kamu nggak mau percaya sama aku. Kamu tau aku nggak lakuin itu. Ini cuma salah–"

Bima membanting ponsel yang ia genggam.

"CUKUP MEL! LO PERGI DARI KANTOR GUE!"

"Pliss sayang, ini tuh cuman salah paham."

"LO PERGI SEKARANG!"

"Aku temenin kamu disini ya, aku nggak mau kamu sendirian disini."

Bima tersenyum miring, "Kenapa nggak temenin cowok itu aja? Hubungan kita selesai!"

***

Vega dengan ketiga temannya sudah selesai berganti baju olahraga. Mereka bersiap menuju lapangan basket untuk melakukan pemanasan.

Aksa berdiri di hadapan Vega untuk menutup terik matahari yang menimpa wajah gadis cantik itu.

Aksa berbalik, menghela napas. Cewek ini selalu lupa untuk mengikat rambutnya disaat seperti ini. Jari jemari Aksa menyisir rambut Vega pelan dan menyatukan anak rambutnya.

"Lain kali dibiasakan buat dikucir, biar nggak gerah." Vega hanya tersenyum.

"Rambut lo juga panjang, harusnya juga dikucir." Vega terkekeh, Aksa memutar bola mata malas.

Vega mengeluarkan headband yang sengaja ia bawa disakunya.

Aksa sedikit menunduk agar Vega dapat memakaikan dikepalanya.

"Biar nanti main basket, keringatnya nggak perih ke mata."

"Gemesss." Aksa mencubit pipi Vega dan mengacak rambut gadisnya.

DISHARMONITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang