Halooo👋
Emang ada yang nungguin cerita ini?
Btw, kalian dari kota mana aja?
Kuyyy komen banyak-banyak biar cepet update
Part ini agak panjang, jadi mohon dibaca dengan teliti
👇
***
"Disini, temenin gue." pinta Aksa pelan. Vega jadi tidak bisa berkutik.
Mau tidak mau karena rasa pertanggung jawaban, Vega harus berakhir menemani Aksa. Ini kedua kalinya mereka bersama di dalam UKS.
Vega merasakan sentuhan tangan Aksa yang panas. Refleks ia memegang kening Aksa.
"Lo demam." ujar Vega saat mengetahui suhu badan cowok itu panas.
Aksa tak menjawab, ia hanya bergeming dan memilih memejamkan matanya.
Karena Vega mempunyai rasa peduli, ia mengambil handuk kecil di lemari kaca tepat dibelakang Vega duduk, juga mengambil sebuah wadah, karena tidak ada air, Vega menuangkan air bekas Aksa minum tadi ke dalam wadah. Menempelkan handuk basah di kening Aksa. Berharap dengan cara ini suhu badannya kembali normal.
Aksa tersenyum kecut melihat tatapan kasihan dan iba Vega. Sungguh, dia tidak ingin terlihat lemah apalagi di hadapan cewek. Tapi Aksa sangat muak melihat tatapan orang-orang seperti itu.
"Jangan natap gue kayak gitu."
"Kenapa? Gue natapnya biasa aja perasaan. Toh, gue nggak natap lo sambil melotot. Emang mau lo gue pelototin?" kata Vega sedikit ingin menghangatkan suasana.
"Gue nggak lagi pengen bercanda."
"Oke."
Ingin sekali Vega menanyakan ke Aksa tentang mengapa dia sampai bisa di operasi? Apa penyakitnya begitu membahayakan? Namun sepertinya tidak usah, lagipula Radit dan Edo yang notabenenya adalah teman dekat Aksa saja tidak diberi tahu, bagaimana dengan orang asing seperti Vega? Aksa juga tidak boleh memberitahukan ke orang-orang tentang operasinya, mungkin Aksa tidak ingin mengulik hal itu.
Seketika memori kejadian malam hari saat kecelakaan itu teringat. Tubuh Aksa terbanting menghantam pohon besar. Dengan kaca spionnya yang pecah. Juga sakit kepalanya yang sekarang belum sembuh.
Aksa yang harusnya menjalani masa penyembuhan setelah operasi malah kepalanya terbentur akibat Vega yang menyeberang tidak lihat jalan. Ya, meskipun tidak sepenuhnya salah Vega karena Aksa juga mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Tapi karena Vega tidak ingin memperumit maka biarlah Vega yang bertanggung jawab. Kejadian itu membuat ingatannya melayang pada 8 tahun lalu, kecelakaan yang harusnya juga merenggut nyawa Vega. Ia mendengus, matanya memerah, hatinya menahan sesak, mendongakkan wajahnya agar air matanya tidak jatuh. Sungguh, Vega sangat menyesal dan rasanya hampir mati mengingat kejadian itu. Harusnya Tuhan juga mencabut nyawanya malam itu.
Ngomong-ngomong tentang lelaki yang waktu malam itu Vega temui di sebuah club malam dan lelaki yang berlari menjauh dengan wajah ketakutan saat Vega kejar sebenarnya lelaki itu siapanya Rara? Dari fotonya, lelaki itu terlihat akrab dengan Rara. Tapi tenang saja, Vega akan mengulik lebih jauh kasus Rara sendiri. Ia tidak percaya sepenuhnya pada polisi. Bahkan polisi bilang itu hanya kasus bunuh diri pada umumnya, bukan kasus pembunuhan. Tapi Vega tak percaya, tidak mungkin sahabatnya melakukan hal itu.
Dering ponsel milik Vega membuyarkan lamunannya. Hal itu juga membuat Aksa membuka matanya. Mengerutkan keningnya saat sebuah nomor tidak dikenal menghubunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISHARMONI
Teen Fiction[Ps: Baca cerita ini sampai konflik, semakin menuju konflik semakin asik] "Nggak! Gue nggak mau!" bantah Vega. "Kalau gue yang mau sama lo gimana?" Aksa mendekat, semakin mengikis jarak. *** Vega Jolana pindah ke sekolah SMA Atmajaya, kepindahannya...