"Tolong kalau kakak ketemu, hubungi nomor saya yang ada disitu."
Vega menatap wajah perempuan yang berada di selembaran pencarian orang hilang, ia jadi berpikir apa yang terjadi dengan pencarian orang hilang selama tiga hari? Rara waktu itu juga menghilang selama tiga hari, tapi beruntungnya Rara masih ditemukan, lalu dimana perempuan ini?
Kasus demi kasus bukannya malah terpecahkan tapi malah sulit untuk dipecahkan.
Vega memasukkan selebaran itu ke dalam saku roknya. Lalu ia kembali ke sekolah.
"Ve, udah selesai fotokopinya?" tanya Tio yang tiba-tiba muncul di belakang Vega.
"Udah."
"Kita latihan lagi, waktunya udah mepet banget." kata Tio.
"Sekarang? Baru aja selesai disuruh mulai lagi." Vega mendengus.
Mau tidak mau mereka berdua akhirnya kembali latihan.
Vega dan Tio melakukan pemanasan terlebih dahulu, kemudian mengambil posisi kuda-kuda, mereka berdua begitu lincah. Tio mengunci kedua tangan Vega kebelakang lalu membantingnya pelan, namun telapak tangan cowok itu menopang kepala Vega, agar kepala Vega tidak terbentur.
Tio menatap dalam mata Vega, entahlah perasannya nggak karuan sekarang ini.
Suara deheman membuat Tio segera mengalihkan pandangannya.
"Enak natap cewek gue?" tatapan mau dari mata Aksa sudah jelas.
Tio tertawa gurau, "Bro bro, santai aja kali, nggak bakal gue naksir cewek lo."
"Duel sama gue kalau sampai lo naksir dia." Aksa dengan cara bicaranya yang seperti sekarang ini membuat Vega jadi merinding sendiri.
"Bukannya lo tadi nganter Sherly ke UKS?" daripada membuat suasana menjadi panas, lebih baik Vega mencari topik lain.
Aksa berdecak, "Dia nggak penting, yang penting itu lo."
"Terus lo tinggalin dia sendirian gitu?"
"Biarin lah, kalau gue nggak datang kesini, keenakan nih cowok bisa terus-terusan natap cewek gue." Aksa menatap sengit pada Tio.
"Udah Ve, latihannya udah selesai, bener sih kata cowok lo, kalau lo lama lama disini keenakan gue natap lo terus." bukannya bantu menyelesaikan, si Tio malah semakin membuat Aksa panas dan jengkel.
"Lo–" belum selesai Aksa melanjutkan kalimatnya, Vega sudah menggenggam tangan Aksa dan membawanya keluar dari sana.
Tanpa Vega sadari tangannya terus menggenggam tangan Aksa melewati koridor-koridor.
Tatapan-tatapan dari murid-murid lain membuat Vega tersadar.
"Kenapa dilepas?" tanya Aksa.
"Lo kenapa nggak bilang sih kalau gue daritadi genggam tangan lo?"
"Emang kenapa?"
"Malu dilihatin anak-anak."
Aksa mengulurkan tangannya, "Genggam lagi." pintanya.
"Gak,"
"Genggam lagi nggak?" pinta Aksa sedikit memaksa.
"Nggak mau."
"Genggam atau gue kecup?" Aksa terus maju sampai punggung Vega menyentuh tembok, "Hm? Pilih mana?"
"Enak ya Tio tadi bisa lihat wajah lo dari deket kayak gini."
"Sa, nggak usah bahas Tio, lagian tadi itu cuman latihan–"
"Gue cemburu."
Vega tidak percaya apa yang telah didengarnya. Seorang Aksa cemburu?
KAMU SEDANG MEMBACA
DISHARMONI
Teen Fiction[Ps: Baca cerita ini sampai konflik, semakin menuju konflik semakin asik] "Nggak! Gue nggak mau!" bantah Vega. "Kalau gue yang mau sama lo gimana?" Aksa mendekat, semakin mengikis jarak. *** Vega Jolana pindah ke sekolah SMA Atmajaya, kepindahannya...