11. SETIMPAL

18.4K 2.2K 136
                                    

Kejadian memalukan tadi pagi sudah tersebar ke segala penjuru sekolah. Untuk menunjukkan bahwa dia tidak malu dengan hal itu, Vega memutuskan untuk ikut ke kantin bersama teman-temannya. Tidak! Vega tidak boleh terlihat malu, bahkan sekarang ini Vega tengah berjalan tegap dengan pandangan yang menatap tajam ke depan. Tidak mau mendengar atau menatap orang-orang di sekelilingnya. Sebagai Queen Clevior ia harus memperlihatkan wibawanya, jangan sampai goyah.

Dan, yah. Saat tiba di kantin orang-orang mengalihkan tatapannya ke Vega.

"Santai aja, Ve. Nggak usah tegang gitu." ujar Kania.

Vega berdehem, "Ini udah santai."

Vega dan ketiga temannya duduk di bangku yang letaknya cukup strategis. Jadi banyak yang berlalu lalang sambil berbisik-bisik menatap Vega.

"Yah, harusnya tadi nggak dipipi, sih. Nanggung amat." kata Rosa membuka camilan yang sudah ada di setiap meja kantin.

"Iya, juga, ya. Nanggung, Ve. Kurang gercep lo, ah." imbuh Berta.

Lihat! Teman-temannya malah mengompori.

"Udah, ah. Gue beli minuman dulu. Haus!" Vega berdiri dari tempat duduknya.

Vega kaget saat membalikkan tubuhnya ada Aksa yang kini tengah memandangnya dengan tatapan sengit. Seluruh pasang mata memperhatikan mereka berdua, ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Minggir! Gue mau lewat!" pinta Vega.

"Nggak!"

"Apaan, sih?"

"Minta maaf dulu."

"Buat?"

"Lo tadi udah cium gue." perkataan Aksa membuat Vega menganga, begitu juga penghuni kantin. Bagaimana bisa Aksa membahasnya di tempat keramaian seperti ini? Vega saja mati-matian untuk tidak mengingat hal itu.

"Ssstt! Ngapain, sih, ngomong disini?"

Sial, Aksa membuatnya semakin malu.

Karena banyak pasang mata yang memperhatikan, Aksa menarik tangan Vega membawanya ke suatu tempat yang sepi.

Aksa mendorong punggung Vega ke tembok.

"Lo...mau ngapain, sih? Lepas!" Vega berusaha melepas cengkeraman tangan Aksa. Namun justru Vega memberontak Aksa malah mempererat cengkeramannya.

Salah satu tangan Aksa mengapit tubuh Vega, agar ia tidak bisa kemana-mana.

"Minta maaf." tukas Aksa.

"Apa lagi?"

"Oh, jadi lo nggak mau minta maaf?" Aksa mengangguk-anggukan kepalanya.

"Gue megang prinsip 'setimpal'. Jadi apa yang lo lakuin sama gue, harus gue balas dengan setimpal." Aksa tersenyum miring saat wajah Vega mulai cemas.

"Ma-maksud lo?"

"Jadi apa perlu gue bales perbuatan lo tadi pagi di kelas?" Aksa mendekatkan wajahnya pada Vega. Tangan Vega memegang ujung roknya. Tangannya keringat dingin. Jantungnya berdetak lebih cepat.

Aksa semakin mendekatkan wajahnya. Ia menolehkan kepalanya ke pipi Vega yang sudah bersemu kemerahan.

"Jadi mau minta maaf atau gue bales?" tanya Aksa berbisik pelan dan lembut di telinga Vega. Merasakan napas Aksa yang mendekati pipinya membuat Vega jadi ketar-ketir sendiri.

"I-iya oke gue minta maaf." ujar Vega menetralisir debaran jantungnya.

"Minta maaf apa? Hm?" ulang Aksa dengan suara rendah. Suara yang mampu membuat Vega meneguk ludah susah payah.

DISHARMONITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang