Merasa tenggorokannya kering, Vega keluar dari kamar ke dapur untuk mengambil minum.
Moodnya langsung turun kala melihat kekasih Bima tengah fokus menonton TV. Dengan biadapnya Melati mengangkat kedua kakinya di atas meja dengan tangan yang menyilang di depan dada. Gayanya sudah berlagak seperti tuan rumah. Raut wajah perempuan itu seketika berubah seratus delapan puluh derajat ketika melihat Vega.
Vega tak ingin memedulikannya, namun sebuah kalimat keluar dari mulut perempuan itu membuat langkah Vega terhenti.
"Kayaknya lo harus siap-siap tinggal serumah bareng gue."
"Cih, nggak sudi!"
"Bentar lagi kakak lo bakal nikahin gue." katanya dengan senyum mengejek.
Perkataan Melati sukses membuat Vega terpaku sejenak.
"Yakin bakal jadi istrinya? Bukannya selama ini dia selalu nolak buat ketemu orang tua lo?" tanya Vega remeh.
"Bahkan dia nggak pernah posting foto lo."
Perkataan Vega barusan membuat darah Melati mendidih, menatap tidak suka ke Vega.
Jika pun Bima akan menikahi perempuan yang selalu selingkuh ini, Vega sudah pasti mendengar kabar itu duluan.
"Sekarang gue tanya, kapan Bima bilang mau nikahin lo? Itu cuman persepsi lo sendiri."
Melati menggertakan giginya, tanda ia sudah mulai terpancing dan marah dengan perkataan Vega.
"Dia nggak perlu minta persetujuan lo buat nikahin gue. Sebentar lagi semua yang lo miliki akan jadi milik gue. Dan Bima akan berikan semua asetnya ke gue."
"Matre."
"Lo tau kenapa Bima benci sama lo? Karena lo itu pembunuh! Lo yang udah bunuh orang tua lo sendiri!"
Vega terdiam.
"See? Lo nggak bisa menampik hal itu, karena lo emang seorang pembunuh! Lo tuh anak pembawa sial! Lo tuh tempatnya salah! Dan harusnya lo udah mati! Lo harusnya udah mati sama Ayah lo!"
Vega mengepalkan tangannya, mengeraskan rahangnya, matanya memerah karena memendam amarah dalam dirinya.
"Bacot lo pelacur!"
"Apa?! Apa lo tadi bilang?! Pelacur?! Udah berani lo sekarang sama gue?! HAH!"
Vega tertawa hambar, "Bukanya itu pekerjaan lo? Tapi lo malah ngaku-ngaku sebagai sekertaris di perusahaan ternama. Lo pikir gue nggak tau? Gue tau semua kebusukan lo."
"KURANG AJAR!"
Plak!
Dengan kurang ajarnya Melati menampar pipi Vega. Tangan Vega sudah terkepal kuat, ia yang hendak menampar balik Melati terhenti karena seruan Bima.
"VEGA!"
"Apa yang udah lo lakuin ke Melati?! HAH!" Bima dengan segala emosinya adalah hal yang paling Vega tidak sukai.
Tangan Vega yang masih melayang di udara rupanya membuat Bima salah paham.
"Tadi dia nampar aku." adu Melati bergelayut manja di lengan Bima. Seperti ulat bulu, gatel.
Lihatlah drama queen memerankan karakter begitu munafik. Vega berdecih.
"Cewek lo yang nampar gue duluan." jujur Vega.
Bima menatap Melati yang bersembunyi dengan wajah ketakutan di balik punggungnya. Tidak mungkin perempuan itu berani menampar Vega. Bahkan ia tidak bisa menyakiti hewan sekecil apapun.
"Ini semua pasti ulah lo!" tuduh Bima.
"Gue nggak salah!" bela Vega pada dirinya sendiri.
"KALAU LO NGGAK NAMPAR MELATI NGGAK MUNGKIN SETAKUT INI!" Bima membela kekasihnya. Membuat Vega ingin mencabik-cabik wajah iblis perempuan itu.
Vega tahu, apapun yang dilakukannya selalu salah dimata kakaknya. Bima tidak akan mau mendengarkan penjelasannya. Hati lelaki itu sudah diselimut rasa benci yang mendalam.
"Bukan gue Bim! Harus berapa kali gue bilang?!!!" ujar Vega dengan nada tinggi.
"UDAH BERANI LO SEKARANG SAMA GUE!"
"Dia yang salah bukan gue!!!"
Baru kali ini Vega berani berbicara dengan nada tinggi padannya. Hal itu membuat kemarahan Bima memuncak.
"Lo malah percaya sama cewek munafik ini?!" tunjuk Vega pada Melati yang menunjukkan senyum licik padanya. Dia pasti merasa menang telah membuat Bima membelanya dan menyalahkan Vega.
"Bangsat!" Bima mendorong tubuh Vega hingga kepalanya membentur tembok. Tak sampai disitu, Bima meludahi Vega tepat di wajahnya.
Vega tercengang dengan perbuatan Bima barusan, bagaimana bisa kakak kandungnya meludahinya hanya karena kesalahpahaman?
Lebih baik Vega dipukul atau ditampar, diludahi adalah cara paling menjijikan untuk merendahkan orang.
"Harusnya lo yang mati bukan Ayah!" teriak Bima tepat di wajah Vega.
***
Dilain tempat, Galang yang selesai latihan olahraga dengan keringat yang membasahi rambutnya membuat cowok itu nampak lebih fresh dan maskulin apalagi urat-urat lengan tangannya yang menonjol. Duduk di samping Aksa yang tengah menikmati waktunya menonton televisi.
"Jauh-jauh, lo bau." ujar Aksa sembari menutup hidungnya.
"Hehe, bau-bau kejantanan ini." jawab Galang sambil cengengesan.
Aksa menggeser tubuhnya menjauh dari Galang. Bukannya sadar diri, Galang malah mendekat, ia mengusap-usap ketiaknya lalu ia oleskan ke hidung Aksa. Aroma masam semerbak meruak masuk ke dalam indra penciuman Aksa.
"Setan!"
Galang tertawa puas melihat raut wajah Aksa yang berubah kesal.
Tidak memedulikan Aksa yang kini menatapnya sengit. Galang membuka Instagram, tangannya sibuk men-scroll dan me-like foto-foto seorang cewek yang akhir-akhir ini mencuri hatinya.
Lesung pipinya terlihat kala cowok itu tersenyum.
"Bang,"
"Apa?" jawab Aksa ketus tanpa menoleh.
"Gue kayaknya suka beneran deh."
"Sama?"
"Sama temen lo itu."
"Edo?"
"Bukan lah!" bantah Galang.
"Radit?"
"Yakali gue homo!"
"Terus?"
"Temen sekelas lo itu, yang namanya Vega."
"Lo beneran suka?" tanya Aksa, mengingat adiknya ini yang selalu gonta-ganti cewek, Aksa sedikit ragu.
"Ya kalau enggak mana mungkin gue hapus kontak-kontak mantan sama gebetan gue yang bejibun hanya demi dia."
"Kalau dapetin Vega, gue tobat jadi akang ghosting deh, serius."
"Bener lo suka?" tanya Aksa sekali lagi untuk memastikan.
"Belah hati gue kalau nggak percaya, disitu ada namanya. Kali ini gue serius." ujar Galang dengan nada serius. Raut wajah dan matanya menunjukkan bahwa ia tidak main-main
"Gue mau coba pelan-pelan buat deketin dia."
"Nggak usah."
***
Hehe update lagi😁✌️Kasih alasan buat aku lanjutin cerita ini
KAMU SEDANG MEMBACA
DISHARMONI
Teen Fiction[Ps: Baca cerita ini sampai konflik, semakin menuju konflik semakin asik] "Nggak! Gue nggak mau!" bantah Vega. "Kalau gue yang mau sama lo gimana?" Aksa mendekat, semakin mengikis jarak. *** Vega Jolana pindah ke sekolah SMA Atmajaya, kepindahannya...