15. PERHATIAN KECIL

15.7K 2.1K 126
                                    

Pelajaran terakhir hari ini adalah kimia, Pak Sapto meminta XI MIPA 2 untuk ke laboratorium.

"Hati-hati kalau mencampurkan." peringat Pak Sapto.

Satu kelompok terdiri dari dua orang, entah suatu keberuntungan atau kesialan, Vega satu kelompok dengan Aksa. Keuntungannya karena Aksa bisa meng-handle, dan kesialannya adalah Vega selalu disalahkan.

"Lo gimana, sih?" gerutu Aksa, sedari tadi Vega selalu salah menuliskan apa yang Aksa katakan. Aksa yang semula fokus pada zat kimia yang berada di tangannya kini merampas kasar buku catatan Vega.

"Sodium chloride, lo nulisnya kurang h." Aksa menunjuk letak kesalahannya.

"Trus ini, asam sulfat sama asam sulfit itu beda, lo nulis rumusnya kebalik." kata Aksa dengan nada kesal.

"Gue tulis sesuai apa yang gue denger." jawab Vega sedikit membela diri.

"Ck, lo belajar nggak sih? Ini kalau salah dikit aja, nilai taruhannya."

Cocok mungkin, ya, jika Vega menyebut Aksa cowok PMS, bagaimana tidak sepertinya mood cowok itu sering berubah-ubah, tadi pagi saja dengan santai ia memberikan jaketnya, lihatlah sekarang sifat menyebalkannya muncul lagi.

"Tinggal diubah, apa susahnya?"

Perkataan Vega barusan kembali membuat emosi Aksa naik. Alis Aksa terangkat, tatapannya berubah dingin.

"Apa susahnya lo bilang?" kata Aksa dengan nada penuh penekanan.

"Ini salahnya nggak cuman sekali dua kali, ini hampir di setiap kalimat." Aksa berdecak.

"Yaudah oke! Gue tulis ulang." Vega merebut kembali catatannya.

"Nggak usah! Lo lama kalau nulis." Aksa menggeser posisinya, "Gue yang tulis, lo yang campurin bahan kimianya."

Tak ingin berdebat lebih panjang, Vega mengambil alih posisi Aksa. Ini cukup sulit, apalagi takaran pencampurannya harus pas. Salah sedikit saja bisa gagal.

Dengan sangat hati-hati Vega menuangkan bahan kimia pada tabung reaksi ke erlenmeyer secara perlahan.

Rambut panjang terurai Vega membuatnya sedikit kesusahan saat menunduk, beberapa kali ia mencoba untuk menyelipkan rambutnya ke belakang menggunakan lengan tangan karena kedua tangannya sibuk memasukkan beberapa zat kimia, namun berulang kali juga rambutnya tetap jatuh, alhasil menutupi sebagian wajahnya.

Dengan gerakan slow motion, tangan Aksa terulur menyatukan rambut Vega, ia melepas gelang yang melingkar di tangan kirinya. Lalu gelang itu ia ikat di rambut Vega.

Seolah pasokan udara menipis, Vega menahan napasnya saat sebelum Aksa menyatukan rambutnya, Vega merasakan jari jemari Aksa menyisir lembut rambutnya.

"Udah gue bilang kan rambutnya dikucir?" kata Aksa dengan nada rendah, tak sekesal tadi.

Oh, ayolah! Tadi pagi jaket, sekarang gelang. Bahkan jaket Aksa masih melingkar di pinggangnya, entah bagaimana nasib jaket itu. Takutnya merembes ke jaket Aksa.

Sudah Vega bilang kan? Mood dan sikap Aksa itu sering berubah-ubah, tadi aja marah-marah sekarang malah bantuin.

"Gelangnya simpan aja buat lo."

Damn it!

***

Bel pulang sudah bunyi sekitar 10 menit yang lalu, namun gara-gara Vega selalu salah menuliskan apa yang Aksa suruh, dan harus mengulanginya beberapa kali, mereka jadi tertahan di laboratorium karena harus menyelesaikan tugasnya. Ini pertama kalinya Aksa menyelesaikan tugasnya terlambat. Ya, ini semua karena cewek itu. Semua anak sudah mengumpulkan, tinggal mereka berdua saja yang belum.

DISHARMONITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang