Vega melajutkan motornya secepat mungkin. Sampai di SMA Nusantara. Beruntung tidak ada satpam yang menjaga.
Seperti ada api yang menyulut dirinya. Vega sangat marah kali ini. Matanya tak sengaja menangkap tongkat bisbol dan membawanya. Ia menyeret tongkat itu hingga mengakibatkan goresan disepanjang lantai.
Ia menghentikan salah satu murid yang melewatinya. Murid itu ketakutan melihat kilatan seperti orang marah dari mata Vega.
"Yang namanya Erika dimana?" tanya Vega sedikit dengan nada tinggi.
"I-itu kak. Ada dikantin sama temen-temennya."
"Kantinnya mana?"
"Kakak tinggal lurus aja."
Suara seretan dari tingkat bisbol Vega sangat menandakan kesabarannya sudah habis.
Melihat Erika tengah tertawa terbahak-bahak dengan gengnya makin memancing emosi Vega.
"Pecundang!" kata Vega dengan gertakan.
Seluruh pasang mata yang berada di kantin menoleh ke arah Vega. Erika tersenyum kecut, bertepuk tangan seolah sudah menunggu kedatangannya.
"Udah terima hadiah dari gue Queen? Eh salah bukan queen lagi ya. Makanya jangan belagu. Baru sebentar jadi Queen aja belagu!"
"Maksud lo apa bakar motor gue?" tanya Vega sarkas.
"Surprise hahaha." jawab Erika bertepuk tangan seolah bangga dengan apa yang sudah ia lakukan.
"Gue nggak pernah sekalipun nyenggol lo atau geng lo. Dan lo malah selalu nyari gara-gara." Vega berujar tegas.
"Emang faktanya lo nggak pantes menyandang gelar Queen."
Tangan Vega sudah terkepal kuat dari tadi ia menahannya. Tapi kali ini tidak bisa dibiarkan. Vega menonjok Erika di depan semua orang yang berada disana.
Erika berdecih, mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Tak ingin kalah Erika menonjok balik Vega, sayangnya melesat.
"Banyak-banyakin belajar bela diri lo. Biar becus." kata Vega sambil tersenyum miring.
Erika yang hendak memukul Vega lagi langsung menutup wajahnya takut karena Vega mengangkat tongkat bisbol itu hendak memukul Erika.
Vega tersenyum kecut, "Siapa yang pecundang?"
Erika berdehem, memasang wajah setenang mungkin, tidak goyah hanya dengan ucapan Vega.
Vega menekan ujung tongkat itu ke perut Erika membuat Erika sedikit merasa sakit dibagian perutnya.
"Macem-macem sekali lagi, gue bener-bener hancurin lo." ancam Vega.
Vega menurunkan tongkatnya. Berjalan kembali ke arah parkiran. Menanggapi orang gila seperti Erika tidak ada habisnya.
"PECUNDANG LO VEGA JOLANA!" teriak Erika bergema di parkiran.
"Lo nggak pantes buat jadi Queen! Lo juga nggak pantes hidup, lo cuman bikin penderita orang tau nggak!" emosi Vega yang semula hampir mereda kini meluap lagi.
Vega membalikkan badannya, ia mendekati Erika.
"Arghhh!" Erika merintih kesakitan saat tiba-tiba ujung tongkat bisbol itu menekan kuat kaki Erika. Vega memutar tongkat bisbolnya, rasanya tulang kakinya seperti remuk.
"Anjing lo!" umpat Erika kesakitan. Kaki Erika sudah benar-benar tidak bisa digerakkan. Rasanya sangat sakit bila digerakkan.
Vega mendorong motor yang tak jauh darinya. Motor itu milik Erika. Mendorong motor itu hingga jatuh. Membuat Erika sangat geram. Lalu mematahkan spionnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISHARMONI
Teen Fiction[Ps: Baca cerita ini sampai konflik, semakin menuju konflik semakin asik] "Nggak! Gue nggak mau!" bantah Vega. "Kalau gue yang mau sama lo gimana?" Aksa mendekat, semakin mengikis jarak. *** Vega Jolana pindah ke sekolah SMA Atmajaya, kepindahannya...