Vega menggeser sebuah lemari kecil ke samping, menampilkan sebuah pintu yang hanya diketahui olehnya. Sebelum masuk, Vega harus menunjukkan sidik jarinya. Dalam ruangan itu, terdapat banyak komputer dan alat-alat teknologi lainnya. Tentu saja, ruangan ini hanya diketahui oleh dirinya.
Vega mulai mengotak-atik komputer, jejak digital memudahkannya mencari tahu orang yang ingin diketahui. Pernah suatu waktu Vega menyadap ponsel Bima dan sekertarisnya dan nihil Vega tidak menemukan keburukan atau keanehan. Takut-takut, terlibat penggelapan dana atau sejenisnya. Seburuk apapun sikap Bima, Vega yakin Bima tidak akan melakukan hal sekotor itu.
Tak butuh waktu lama untuk mencari tahu lelaki yang bernama Bramasta itu, Vega sudah menemukan titik lokasi terakhir lelaki itu berada.
Ia mengambil jaket yang tergantung disana, juga mengambil beberapa alat penyadap suara juga alat pelacak dan memasukkan ke dalam saku jaket. Segera keluar dari sana kala seseorang mengetuk pintu kamarnya.
Kala membuka pintu Vega mendapati sekertaris Bima, Andre yang tengah berdiri tersenyum dengan kedua tangannya yang memegang nampan berisi ayam bakar dan segelas air putih. Makanan kesukaannya.
"Silahkan dimakan, jangan sampai maag kronisnya kambuh. Saya sama kakak kamu mau berangkat ke Singapure malam ini. Jadi jaga diri baik-baik." Kata Andre seraya menyodorkan nampan itu. Vega hanya berdehem.
Vega memang mempunyai riwayat penyakit maag kronis dari kecil, kalau kumat bisa mengakibatkan tubuhnya lemah, kepalanya terasa sangat pusing, mual dan muntah.
Andre adalah sekertaris Ayahnya yang kini menjadi sekertaris Bima. Umurnya hendak menginjak kepala empat. Ayahnya memberikan wasiat kepada Andre agar Bima mau meneruskan bisnisnya.
Suara mobil milik Bima terdengar meninggalkan pekarangan rumah. Bima tidak akan membiarkan Vega keluar tanpa izinnya. Ia terus mengekang kebebasan Vega. Dengan cepat Vega mengeluarkan motor vespa toscanya.
***
Titik terakhir yang Vega dapat adalah di rumah kosong dimana tempat Rara bunuh diri.
Sial, malam hari membuat suasana rumah kosong ini begitu menyeramkan.
Tidak ada lampu hanya mengandalkan cahaya dari luar. Matanya menyipit kala seseorang tengah membuka paksa kain-kain putih yang menutupi kursi-kursi di rumah ini.
Vega terkejut saat tahu jika orang itu adalah Bramasta yang tengah mencari sesuatu di balik kursi. Ia menendang kursi ketika tidak juga menemukan apa yang dicari.
Vega tersenyum kecut sambil menyenderkan punggungnya ke tembok.
"Nyari apa?" tanya Vega santai.
Bramasta menoleh, terkejut dengan kedatangannya.
Vega kembali menegakkan punggungnya. Apa yang lelaki itu cari di kursi-kursi bekas itu? Apa lelaki itu mencari apa yang Vega maksud?
Vega mengeluarkan sebuah korek api penyadap suara yang Vega temukan di salah satu kaki kursi yang baru saja Bramasta buka.
"Cari ini?" Vega dengan tatapan menyelidik.
Wajah Bramasta seketika berubah panik.
Hendak mengambil itu dari tangan Vega tapi dengan gesit tangan Vega langsung menghindar.
"Gue akan kasih ini ke elo, asal lo jawab pertanyaan gue." melihat Bramasta hanya terdiam, Vega melanjutkan kalimatnya.
"Lo siapanya Rara?" tanya Vega to the point.
Mimik wajah lelaki itu berubah ketakutan, "Nggak ada." jawab lelaki itu, hanya dengan bola matanya yang mondar-mandir melihat sekitar Vega tahu dia bohong. Lelaki itu pasti menyembunyikan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISHARMONI
Teen Fiction[Ps: Baca cerita ini sampai konflik, semakin menuju konflik semakin asik] "Nggak! Gue nggak mau!" bantah Vega. "Kalau gue yang mau sama lo gimana?" Aksa mendekat, semakin mengikis jarak. *** Vega Jolana pindah ke sekolah SMA Atmajaya, kepindahannya...