25. MINE

17.4K 2K 245
                                    

Sudah hampir seminggu ini Vega tidak mengunjungi Rara di rumah sakit. Biasanya ia selalu telaten setiap dua atau tiga kali seminggu. Vega juga merasa bersalah karena selama ini ia belum menemukan pelaku sebenarnya. Entahlah, dia masih ragu dengan Bramasta.

Dengan telaten, Vega membersihkan tangan Rara dengan dengan handuk basah.

Vega tersenyum tipis, matanya berkaca-kaca, "Ra...gue pengen main sama lo."

Dia pelacur gue. Kalimat itu seketika terputar. Tentu saja Vega tidak akan mudah percaya. Sebelum ia punya buktinya.

"Lo bukan orang yang kayak gitu kan, Ra?"

***

Vega, Rosa, Kania dan Berta tengah duduk santai di depan markas Clevior sambil memperhatikan Alwi yang cengar-cengir, asyik bermain sepeda.

"Alwi! Pakai topi! Otaknya nanti mendidih." seru Berta.

Sinar matahari yang terasa di atas kepala membuat peluh keringat Alwi terus menetes. Bolak-balik ia mengusap keringatnya hingga tanpa sadar ada batu besar dihadapannya.

"Nggak usah Alwi! Nanti kalau mendidih dimasukin kulkas aja." sahut Rosa. Mendengar itu Berta mencubit lengan Rosa.

Berta yang melihat Alwi mulai kehilangan keseimbangan, langsung berlari ke arah adiknya.

"Awas! Depan pohon!" teriak Berta.

Tak sempat menghindar, menabrak pohon besar si depannya. Dengan keadaan syok, Alwi memegang dadanya, selang beberapa menit ia mulai menangis.

"Aaaaa huaaaa. Pohonnya jahat, masa nggak mau minggir. Hiksss hiksss." ucap Alwi semakin mengencangkan tangisannya.

Kania, Rosa dan Vega ikut membantu Alwi berdiri.

Berta langsung memeluk adiknya dan mengusap air matanya, "Syukurlah masih hidup."

Mendengar kalimat dari kakaknya, Alwi justru memukul lengan Berta.

"Gigi Alwi rontokkkk. Huaaaa hiksss." Alwi membuka lebar mulutnya, salah satu gigi susunya copot.

"Kepala Alwi juga benjol kak. Apa otak Alwi juga benjol? Alwi nggak mau kepala Alwi jadi gede kayak alien." tangis Alwi semakin pecah. Kepalanya terasa nyut-nyutan sebab menabrak pohon tadi.

"Aduh, iya, benjol gini." Rosa justru ikut memanasi. Vega membekap mulut Rosa agar cewek itu bisa diam. Takut-takut kalau Alwi tambah nangis.

"Nggak pa-pa, Alwi nggak salah kok, pohonnya yang salah." ujar Berta menenangkan adiknya.

"Terus ini gimana supaya nggak benjol? Alwi nggak mau besok ke sekolah, Alwi diledek temen-temen karena kepala Alwi mirip adudu."

"Nih, jarum pentul." ucap Rosa memberikan jarum pentul kepada Berta.

"Buat apa anjir?"

"Biar kempes. Biar nggak kayak adudu." jawab Rosa tertawa lepas.

Alwi yang semula sudah tenang kini kembali menangis, "Kak Ros sinting." ledek Alwi seketika tawa Rosa berhenti.

"Kena mental bos." Rosa mengelus dadanya. Vega menepuk kedua bahu Rosa.

"Ternyata omongannya lebih pedes dari lo." ucap Vega.

***

Aksa menuju markas besar Jargon. Dia berniat ingin berbicara baik-baik dengan Dirga.

"Halo Pak Ketos." sapa Tama.

"Gue perlu bicara sama Dirga." kata Aksa tanpa basa-basi.

Dirga yang tengah menikmati kopi mengangkat tangan.

DISHARMONITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang