Vega membawa Aksa ke sebuah tempat yang sangat sepi. Tempat yang sunyi. Tempat yang tidak Aksa duga sebelumnya.
"Ini orang tua gue." Vega duduk bersimpuh diantara kedua batu nisan.
Aksa terdiam, tubuhnya terasa kaku. Baru kali ini, baru pertama kalinya Aksa tahu hal ini.
"Ve..." lirih Aksa masih berdiri kaku ditempat.
"Maaf ya harus kenalan disini, maaf kalau tempatnya nggak nyaman, tapi ini tempat istirahat abadi mereka." kata Vega sambil mengusap batu nisan.
Tubuh Aksa seketika lemas saat kedua mata Vega menatap hampa kedua batu nisan itu, air mata Vega menetes. Hati Aksa makin teriris.
Aksa ikut duduk bersimpuh di samping Vega. Mengusap bahunya.
"Pah..Mah.... Vega dateng. Tapi maaf Vega belum bisa bawa kakak kesini bareng-bareng. Sebagai gantinya Vega ditemenin Aksa." Vega sedikit sesak saat ia berkata kakak di makam kedua orangtuanya.
"Saya Aksa Garendra. Izinkan saya untuk melindungi putri tercinta kalian satu-satunya."
Kalimat itu berhasil mengambil hati Vega. Ia menoleh dan menatap teduh mata Aksa.
"Gue yang bakalan ambil peran papah dan kakak lo, Ve. Andalkan gue dalam hal apapun."
"Hukum saya Tuhan jika saya menyakiti hati orang yang saya sayangi" ucapnya dari hati yang paling dalam.
***
Mereka kembali ke apartemen. Aksa menyiapkan makanan selagi Vega mandi.
Vega keluar kamar mandi menggunakan kimono.
"Astaga!! Ya ampun!" Vega terkejut kala Aksa bersender di tembok sambil memperhatikan penampilan Vega dari atas sampai bawah.
"Gue udah nyiapin makanan, dimakan." kata Aksa datar.
"Yaudah gue ganti baju dulu, bentar–"
"Nggak usah." potong Aksa.
"Maksudnya?" Vega dibuat makin bingung.
"Badan lo kan belum kering, jadi pakai itu aja."
Mereka duduk di ruang makan sambil menikmati makanan.
Rambut Vega yang terurai masih basah membuat Vega sedikit kesusahan saat makan karena rambutnya selalu jatuh.
Aksa bergerak mendekat ke arah Vega. Menarik pelan kursi Vega sampai jarak mereka sangat dekat.
Aksa menyisir rambut Vega, pelan pelan ia mendekatkan wajahnya di leher Vega. Memegang rambut Vega menjadi satu agar cewek itu tidak kesusahan saat makan.
Aroma vanila dari Vega seolah menyihir Aksa. Ia sedikit mengendus dari leher Vega. Sementara Vega sudah kaku tak berkutik, jantungnya berdegup kencang. Vega bisa merasakan hembusan napas Aksa. Entah apa yang merasuki cowok itu hingga ia tiba-tiba mencium leher Vega.
"Sa..." lirih Vega.
Tak hanya Vega yang kaget, Aksa pun juga sama kagetnya. Ia sendiri tak percaya apa yang baru saja ia lakukan.
Aksa berdehem untuk mengalihkan perhatian.
"Makan," titah Aksa menyuruh Vega melanjutkan makannya sambil masih memegang rambut Vega.
"Habis ini langsung tidur udah malem." kata Aksa.
"Lo tidur di kamar biar gue tidur di sofa." ucap Aksa.
"Kok gitu?"
"Kok gitu gimana? Emang lo mau tidur sekamar bareng gue?" tanyanya enteng.
"Ya.. nggak gitu. Kan ini apartemen lo, masak lo yang tidur di sofa. Gue ngerasa nggak enak."
KAMU SEDANG MEMBACA
DISHARMONI
Teen Fiction[Ps: Baca cerita ini sampai konflik, semakin menuju konflik semakin asik] "Nggak! Gue nggak mau!" bantah Vega. "Kalau gue yang mau sama lo gimana?" Aksa mendekat, semakin mengikis jarak. *** Vega Jolana pindah ke sekolah SMA Atmajaya, kepindahannya...