53. LOMBA

1.2K 89 5
                                    

Seorang cowok yang memakai kemeja itu mendobrak pintu.

"Saya nggak mau tau! Cewek itu harus ketemu bagaimana pun caranya! Bodoh! Kenapa percaya begitu saja dengan cewek bengis licik itu! Kasusnya sudah mulai naik! Kalau sampai ketahuan terancam hidup saya!" lelaki paruh baya itu berkacak pinggang sambil menunjuk-nunjuk Bramasta yang hanya diam menunduk.

"Maaf, Pak."

"Kamu kira minta maaf cukup?! Cari cewek itu sampai dapat!"

"Papah tenang dulu. Jangan gegabah cewek itu pasti punya keberanian tinggi sampai berani mengambil resiko. Kita harus hati-hati." ucap seorang cowok yang sedari tadi menenangkan papahnya.

Lelaki yang dipanggil papah itu semakin panas kala putranya mengatakan hal seperti itu.

"Bodoh! Semua orang bodoh! Bagaimana dia bisa menyelidiki kasus itu sendiri, tanpa backing an siapa-siapa! Sialan! Anak kemarin sore udah berani-beraninya kamu nasihatin orang tua! Urus dan atur hidup mu sendiri!" lelaki itu menampar anaknya, namun dia tetap diam tidak melawan.

"Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan dan membawa dia dihadapan anda." ujar Bramasta sambil menunduk, tak berani memandang wajah amarah lelaki dihadapannya.

"Kalau sampai belum ketemu! Awas saja! Hidupmu dan ibumu yang akan dipertaruhkan!" lelaki itu keluar dari ruangan setelah kata-kata terakhirnya.

***

Hari demi hari sudah di lalui untuk berlatih. Hari ini adalah hari pertandingan lomba Vega dan Aksa. Cowok itu datang terlebih dahulu karena jadwal olimpiadenya di jam pertama, sementara Vega masih di sekolah menunggu Tio yang sialnya cowok itu malah berangkat terlebih dahulu dan meninggalkan Vega, alhasil mau tidak mau cewek itu harus berangkat sendiri.

Vega buru-buru menancap gasnya pada kecepatan tinggi. Pasalnya jarak antara tempat lomba dan sekolahnya cukup jauh, jika ia tidak cepat-cepat ia bisa terlambat. Entah hanya perasaan Vega atau bukan, sejak tadi ada yang mengikutinya dari belakang. Namun, Vega tidak terlalu mengambil pusing, yang terpenting bagaimana caranya ia bisa datang tepat waktu.

Kendaraan yang mengikutinya itu semakin laju dan mendekat ke Vega. Seseorang itu memukul punggung Vega dengan sebuah besi dan menyerempet motor Vega. Alhasil, Vega jatuh dan motornya menimpa tubuh dan kakinya. Kaki vega terasa nyeri dan susah untuk berjalan. Tanpa ada permintaan maaf atau pun pembicaraan apa-apa, motor itu pergi meninggalkan Vega.

"Arghh, sialan!" Vega berusaha berdiri, namun kakinya terasa susah untuk bergerak. Untungnya ada beberapa warga yang mau membantu Vega.

Punggung Vega terasa remuk, kakinya terasa nyeri. Hari ini lombanya namun nasib malah berkata demikian. 

Vega tak menggubris para warga untuk membawanya kerumah sakit, cewek itu lebih keukeuh untuk datang ke perlombaan. Ia tidak mau mengecewakan banyak orang, tidak mau latihannya selama ini sia-sia. Para warga yang menolong-pun akhirnya membantu Vega untuk sampai tujuan.

Tepat saat Vega sampai dengan kakinya yang hampir patah dan punggungnya remuk, gadis itu berjalan dengan langkah kaki terseok-seok.

"Kenapa, Ve?" tanya Radit yang sekarang sudah menjadi ketua OSIS dimana ia harus mendampingi teman-temannya untuk lomba. Vega terkejut karena Radit ternyata disini.

"Kaki lo kenapa?" tanya Radit memastikan gadis itu baik-baik saja.

"Ditabrak." jawab Vega singkat.

"Serius? Ditabrak motor atau gimana?" tanya Radit penasaran. Vega hanya mengangguk.

Seorang gadis menghampiri mereka, "Oh, iya, Ve, kenalin Indah, sepupu gue." ucap Radit memperkenalkan Indah yang menjabat tangan Vega. Seementara Vega hanya tersenyum kaku.

DISHARMONITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang